BANDA ACEH - Pengamat Politik dan Keamanan Aceh, Aryos Nivada
menyatakan sangat kecewa dan menyatakan penyesalan yang sedalam dalamnya atas
tindakan Operasi Prematur, dalam hal ini tindakan yang dilakukan oleh aparat
kepolisian dengan melakukan penyergapan dan penembakan yang dilakukan Polres
Aceh Timur di rumah keluarga Din Minimi Julok Aceh timur pagi hari tadi tanggal
10 Juni 2015.
Dikarenakan
berdasarkan informasi yang ia dapatkan, bahwa sudah terbangun kesekapakatan
bersama yang ada di antara Triagle Pemangku Kepentingan Aceh yaitu Gubernur
Aceh, Pangdam Iskandar Muda dan Kapolda Aceh.
Menurut
Aryos, kesepahaman ini adanya karena ada titik temu antara aparat penegak hukum
yakni Polda Aceh dengan Tentara Nasional Indonesia dalam menyelesaikan
persoalan kelompok bersenjata Din Minimi melalui cara-cara yang bermartabat,
persuasif, dan humanis. Tentunya bersepakat bagian dari problem solving
sekaligus membantu kerja kepolisian dalam menyelesaikan kelompok bersenjata di
Aceh.
Sedikit
aneh, ungkap Aryos, kenapa pihak Polda Aceh mengacaukan upaya pendekatan
kekeluargaan yang sudah dibangun TNI. Ada apa ini? apa dasar pertimbangan
melakukan penyergapan? Apakah tindakan Polres Aceh Timur berdasarkan instruksi
Kapolda Aceh atau terputus dari instruksi? Kenapa juga Polda Aceh tidak
berkomitmen dengan melakasanakan kesepakatan yang sudah dibangun bersama-sama
dengan TNI? Seharusnya Polda Aceh melanjutkan apa yang sudah di upayakan TNI
menyelesaikan keberadaan kelompok bersenjata.
Walaupun
benar secara fungsi dan peran melakukan penyergapan dan penangkapan kelompok
Din Minimi berada pada otoritas kepolisian (aparat penegak hukum), namun tidak
selalu penyelesaian berorientasi penyergapan dan kekerasan. Pola pendekatan
humanis lebih dikedepankan. Kita fahami karakter orang Aceh sangat keras,
semakin di kerasi semakin menjadi tetapi ketika di perlakukan baik maka
didapatkan menjadi lebih baik secara perilaku. Sangat diperlukan penyelesaian
berbasis kultur orang Aceh harus dijadikan model penyelesaian konflik di Aceh.
Jangan
sampai tindakan penyergapan menambah persoalan baru dalam penyelesaian kelompok
Din Minimi dan kelompok bersenjata lainnya di Aceh.a Dimana respon balik akan
didapatkan Polda Aceh dari kelompok Din Minimi. Tidak menutup kemungkinan balas
dendam dari Kelompok din minimi terhadap kepolisian terjadi. Kita sudah
kehilangan 2 orang anggota TNI jangan sampai jatuh korban lagi.
Melalui
pernyataan ini, Peneliti Jaringan Survey Inisiatif ini meminta kepada Kapolda
Aceh untuk menyelesaikan Kelompok Din minimi dengan pendekatan persuasif dan
humanis. Kapolda Aceh harus bertanggung jawab jika mendapatkan respon balasan
dari kelompok Din Minimi dan Kelompok lainnya yang berujung stabilitas keamanan
terganggug.
"Saya
juga meminta kepada DPR RI bersama Kompolnas melakukan evaluasi terhadap
kinerja Polda Aceh atas tindakan penyelesaian kelompok bersenjata di Aceh,"
tulis Penulis Buku Wajah Politik dan Keamanan Aceh, yang dikirimkan melalui pesan elektronik kepada
lintasatjeh.com, Rabu (10/6/2015).[pin]