IST |
JAKARTA - Pemerintah Indonesia hingga kini belum mengirimkan
nota protes terkait sejumlah pesawat tempur Malaysia yang masuk ke wilayah
Ambalat tanpa izin. Pihak Kementerian Luar Negeri pun masih bersabar menunggu
laporan yang dibuat oleh TNI terkait koordinat di mana saja pesawat tersebut
pernah masuk ke Indonesia.
Namun,
Kementerian Luar Negeri sepertinya tak khawatir Ambalat akan senasib dengan
Sipadan dan Ligitan, jatuh ke tangan Malaysia. Adapun TNI sebaliknya.
Menteri
Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan Ambalat tak akan jatuh ke tangan
Malaysia. "Tidak. Insya allah tidak," ujar Retno saat ditemui di
kawasan Senayan, Sabtu (20/6).
Untuk
masalah koordinat, Retno mengatakan tim Kementerian Luar Negeri masih
menantikan laporan dari Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Menurut Retno, Panglima
TNI sudah berjanji akan segera menyerahkan koordinat tersebut.
Retno
bilang tidak akan begitu saja mengirimkan surat nota protes tanpa ada kejelasan
di mana posisi konkret pesawat tempur Malaysia melakukan pelanggaran.
"Saya
sudah bicara pada Panglima TNI dan setiap ada indikasi dan kita peroleh info
dari TNI, kita minta koordinat sebelum protes kita harus dapat info pasti soal
koordinat," ujar Retno.
Pelanggaran
wilayah udara khususnya terjadi di langit Ambalat, sisi timur pantai
Kalimantan. Hal ini membuat TNI khawatir Blok Ambalat akan mengalami nasib
serupa dengan Pulau Sipadan dan Ligitan yang lepas dari RI dan jatuh ke tangan
Malaysia.
“Jika pemerintah tak melayangkan
nota protes ke Malaysia, maka bisa terjadi seperti Sipadan dan Ligitan. Alasan
Malaysia (dalam kasus Sipadan dan Ligitan) adalah karena mereka melintasi
wilayah tersebut dan kita biarkan,” kata Kepala Pusat
Penerangan Mabes TNI Mayor Jenderal Fuad Basya kepada CNN Indonesia, Selasa
malam (16/6).
Sejak
dekade 1960-an, Indonesia dan Malaysia kerap bersitegang terkait Blok Ambalat.
Puncak perseteruan terjadi pada 2002 ketika Mahkamah Internasional memenangkan
Malaysia pada sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan yang berada di
Blok Ambalat.
Blok
Laut Ambalat memiliki luas wilayah sekitar 15 kilometer persegi dan terletak di
Laut Sulawesi atau Selat Makassar, dekat perbatasan antara Sabah, Malaysia,
dengan Kalimantan Timur. Blok Ambalat menyimpan kekayaan tambang bawah laut,
utamanya minyak, meski tidak semua wilayah di blok ini kaya akan minyak mentah.
Untuk
mencegah jet tempur Malaysia 'gentayangan' di Ambalat, TNI Angkatan Laut dan
Angkatan Udara kini menggelar Operasi Sakti di sekitar Blok Ambalat. Kedua
matra TNI itu menurunkan alat utama sistem persenjataan seperti tiga kapal
perang (KRI), dua pesawat Sukhoi Su-27 dan Su-30, dan tiga pesawat F-16
Fighting Falcon.[cnnindonesia]