-->

Asisten Menlu AS Anne C. Richard Kunjungi Migran Rohingya

02 Juni, 2015, 15.38 WIB Last Updated 2015-06-02T08:47:10Z
Menlu AS Anne C. Richard, didampingi Wali Nangroe Malik Mahmud Al-Haytar. (Foto: Dok)
LHOKSUKON – Asisten Menteri Luar Negeri urusan Kependudukan, Pengungsi dan Migrasi Amerika Serikat Anne C. Richard, didampingi Dubes AS Robert O. Blake, dan Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf, serta Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haytar, tiba di lokasi pengungsian muslim Rohingya di Kuala Cangkoy, Kecamatan Lapang, Kabupaten Aceh Utara, sekitar pukul 11:00 WIB.

Sesampainya di Kuala Cangkoy, Anne C Richard dan rombongan langsung melihat-elihat kondisi migran Rohingya di barak pengungsian serta berkomunikasi banyak hal dengan mereka.

Anne C Richard, mengatakan dirinya mengaku senang bisa langsung melihat orang-orang manusia perahu di Aceh. Dalam keterangan pers nya ia juga menyampaikan terimakasihnya langsung kepada masyarakat Aceh yang telah membantu pengungsi Rohingya yang telah putus asa menyelamatkan hidupnya ketika berada di laut.

Mantan direktur di Kantor Menlu untuk urusan sumberdaya, perencanaan, dan kebijakan di Departemen luar negeri sampai di Jakarta Senin malam (1/6/2015). Sebelumnya ia melakukan pertemuan di Bangkok  pada 29 Mei 2015, dan kemudian berkunjung ke Malaysia dan selanjutnya ke Indonesia.

Anne mengatakan bahwa Amerika Serikat mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin regional dalam upaya mereka untuk menjawab tantangan-tantangan yang dialami para imigran.

Menlu Anne, melihat secara langsung lokasi pengungsian. (Foto: Dok)
Kata Anne, Amerika Serikat terus berkonsultasi dengan pemerintah setempat mengenai kebutuhan-kebutuhan manusia perahu selama di pengungsian.

"Saya ingin berterimakasih kepada pemerintah Aceh dan masyarakat Aceh  dan pemerintah Indonesia yang telah membantu para pengungsi. Dan saya ucapkan terimakasih secara khusus terutama kepada para nelayan-nelayan Aceh yang telah memainkan peranan yang sangat penting dan kritis untuk menyelamatkan para pengungsi, dan saya juga sudah berkomunikasi secara langsung kepada para pengungsi yang berada di laut selama berbulan-bulan."

Anne mengaku perihatin mendengar cerita perempuan-perempuan Rohingya ketika berada di kapal selama berbulan-berbulan, dan melihat secara langsung mayat-mayat diantara mereka yang harus dibuang ke laut.

AS berikan bantuan hibah melalui IOM

"IOM sudah memohon bantuan dana senilai 26 USD ke AS dan pada 29 Mei Pemerintah AS sudah berjanji memberikan 3 juta USD, merupakan tambahan dana hibah yang telah diberikan beberapa tahun ini kepada pengungsi dari Birma dan sudah ada dana 109 juta USD diberikan untuk pengungsi baik dalam negeri maun di luar negeri."

Pihaknya juga telah melakukan kunjungan bersama UNHCR dan pemerintah, LSM lokal dan penduduk Rakhine setempat. Di Rakhine, katanya, berbicara dengan banyak orang. Menurut dia, di sana sebetulnya daerahnya sangat indah, tapi banyak orang takut keluar akibat krisis ini sehigga daerah itu menjadi tertinggal baik dari ekonomi dan akses pendidikan.

Menurutnya hal yang paling penting dalam kunjungannya yaitu bagaimana memajukan daerah itu agar lebih maju seperti daerah-daerah lainnya.

AS punya program untuk mendukung komunitas Budha dan muslim, "Tapi uang tidak ada artinya jika di sana tidak memiliki kebebasan."

Sanksi kepada Myanmar

Saat konferensi pers. (Foto: Dok)
Pemegang beasiswa internasional di Council on Foreign Relations ini mengatakan terkait sanksi bukanlah tujuannya. Namun  dirinya berkunjung ke Indonesia untuk membahas mengenai kebutuhan pengungsi serta mencari akar permasalahan bagi para pengungsi terkait penyebab mengapa mereka mau mengorbankan diri untuk lari dari negaranya sendiri.

"Sebagaimana pertemuan pada 29 Mei, pihaknya akan mendorong burma untuk memberikan kewarganegaraan kepada mereka."

Seusai melakukan kunjungan di Kuala Cangkoy, Lapang, Aceh Utara, Anne didampingi Dubes AS untuk Indonesia Robert O Blake akan bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK di Jakarta untuk membahas tentang krisis ini. Selanjutnya ia berencana akan bertemu dengan organisasi internasional untuk urusan pengungsi UNHCR dan IOM untuk membahas masalah pengungsi.[pin]
Komentar

Tampilkan

Terkini