BANDA ACEH - Pasca ditandatangani MoU Helsinki, tidak sedikit
mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kecewa dengan pemerintahan Zikir
(Zaini-Muzakir). Pasalnya, perekonomian rakyat Aceh saat ini jauh dari
sejahtera, diperburuk lagi situasi keamanan yang semakin tak terkendali.
"Rakyat
semakin miskin, keamanan semakin tak terkendali. Kalau kondisi di Aceh terus
seperti ini lebih baik cabut kesepakatan damai dan keluarkan saja maklumat perang
RI vs GAM. Biarkan saja semua pihak tidak aman, daripada yang aman hanya
petingginya saja," tegas Teungku Sufaini Syekhi, seorang mantan GAM,
kepada lintasatjeh.com, Ahad (24/5/2015).
Selama
ini, GAM, mengharapkan Aceh Merdeka, tetapi kenyataannya sudah 32 tahun lebih
berjuang dengan mengangkat senjata tak mendapatkan apa-apa. Justru malah banyak
mengorbankan rakyat Aceh, dan berujung ke meja perundingan Helsinki.
Harusnya,
damai Helsinki merupakan awal menuju merdeka, asalkan dilanjutkan dengan
melakukan lobi-lobi politik mulai di tingkat lokal, nasional, dan internasional,
agar cita-cita tersebut dapat terlaksana.
Namun
menurut Syekhi, pemerintahan Zikir yang merupakan bagian perjuangan Aceh tidak
melakukan hal itu. Malah yang terjadi menciptakan perpecahan masyarakat
Aceh dengan cara-cara arogansi kepemimpinannya.
"Padahal,
pemerintah mampu untuk mensejahterakan rakyat jika ada upaya karena di
legislatif sudah 50 persen dikuasai oleh GAM," ujarnya.
Syekhi
khawatir, ketika para pemimpin Aceh tidak mampu merangkul semua elemen maka
otomatis akan menimbulkan kekecewaan para pejuang Aceh khususnya para TNA yang
hari ini kocar-kacir tidak ada tanggung jawab sama sekali dari komandannya yang
sekarang sudah hidup menjadi pejabat.
"Padahal
Aceh memiliki modal cukup untuk merdeka ketika ekonomi kuat, politik kuat,
finansial kuat dan memiliki serdadu yang kuat juga, akan tetapi para petinggi
GAM lupa diri, mabuk kepayang, setelah
mareka mendapat jabatan," ujarnya.
Untuk
itu, mantan GAM ini menyerukan kepada seluruh bangsa Aceh agar jangan terlena
dengan upaya pembodohan yang dilakukan oleh beberapa orang petinggi GAM, khususnya
yang sudah menjadi pejabat. Dan apabila
Pemerintah Zikir tidak sanggup memimpin agar lengser saja dan biar digantikan
oleh orang-orang yang benar-benar mampu menyatukan rakyat Aceh serta bisa
melakukan program pro rakyat karena Aceh bukan hanya milik para penguasa.
Dengan
demikian masyarakat Aceh ke depan harus cerdas dalam memilih pemimpin, karena
apabila Aceh salah dalam memilih pemimpin dikhawatirkan rakyatnya akan lebih
sengsara dari negara Somalia.[ar]