LHOKSUKON - Menyikapi statemen Menteri Sosial Khofifah Indar
Parawansa yang menyebutkan ada 12 pesantren di Jawa siap menampung anak-anak
imigran Rohingnya, Front Pembela Islam (FPI) Aceh menyarankan agar jangan dulu membawa ke pondok pesantren di pulau Jawa.
"Jangan dulu! Tanya
dulu ke tuan rumah yang telah berjasa menyelamatkan mereka dari ombak laut,
yang dilain itu TNI AL menolak mereka karena
takut mengambil resiko, tapi nelayan Aceh tak peduli resiko apapun demi kemanusiaan
tanpa peduli siapa dia dari mana dia, tapi karena kemausiaan masyararakat Aceh
menerima mereka sebagai saudara," tulis Ketua FPI Aceh, Tgk Muslim
At-Tahiri, MA, melalui pesan singkat kepada lintasatjeh.com, Kamis (28/5).
Lanjut
FPI, mereka (para pengungsi Rohingya) tidak boleh dibawa dulu ke luar Aceh,
tapi tanyakan dulu kepada pesantren-pesantren di Aceh. Apalagi di Aceh banyak
pesantren dan ada juga pesantren yang kekurangan santri, akibat penduduk yang
belum padat.
"Saran
saya lebih tepat dipondokkan di pesantren di Aceh saja. Sebab di Jawa penduduknya
sudah padat dan rata-rata pesantren kelebihan santri," ujar Tgk Muslim.
Maka
dari itu, FPI meminta kepada Mensos agar mengambil kebijakan yang bijaksana,
dan dimohon juga kepada semua pihak agar ikhlas membantu mereka dan jangan
dibuat mereka sebagai ladang bisnis.
Dikutip
dari Kompas.com, Menteri Sosial, Khofifah Indar Pawaransa, menyebutkan sejauh
ini sudah ada 12 pondok pesantren di Indonesia yang siap menampung anak-anak
pengungsi Rohingya, terutama anak-anak yang tidak memiliki sanak keluarga lagi
atau berstatus yatim piatu. Sejumlah pondok pesantren itu tersebar di Jawa
Timur dan Jawa Barat.
"Sejauh
ini ada 12 pondok pesantren di Jawa Timur dan Jawa Barat yang siap menampung
anak-anak yatim piatu pengungsi Rohingya, seperti Pondok Pesantren di Malang,
Pasuruhan, Bojonegoro, Sukabumi, dan lain sebagainya," ujarnya setelah
menghadiri kegiatan Khataman di Pondok Pesantren Raudhatut Thullub Desa
Prejegsari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Rabu (27/5/2015).
Dari
hasil pendataan di lapangan, kata Khofifah, pengungsi Rohingnya yang anak-anak
banyak yang menjadi yatim piatu dan terpisah dari keluarga besarnya sehingga
dibutuhkan pemulihan secara psikososial dan perlu mendapatkan hak asuh karena
hidup sebatang kara.
"Maka
dari itu, perlu tempat yang memadai untuk menampung. Pesantren, kami kira
merupakan tempat penampungan yang dirasa cukup kondusif dan efaktif bagi
anak-anak tersebut," imbuhnya.
Sementara
itu, pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thullub Tempuran Kabupaten Magelang,
Said Asrori, menyatakan bahwa pihaknya juga siap apabila diminta untuk
menampung anak-anak pengungsi Rohingnya. Said menyebut, Pondok pesantren yang
dikelolanya itu mampu menampung maksimal 500 santri.
"Kami
siap menampung sekitar 50 orang (anak-anak pengungsi Rohingya)," tutur
Said.[kompas/pin]