bendera di kapal Thailand.(LA/chairul) |
ACEH TIMUR - Kapal tongkang
asal Thailand terombang-ambing di laut lepas sejauh 25 mil dari pesisir Desa
Simpang Lhee, Julok, Aceh Timur, Rabu (20/5/2015). Kapal itu dalam kondisi
terhenti karena mesin rusak, bahkan nyaris tenggelam.
Nelayan Aceh bergegas menuju
lokasi kapal dengan kekuatan empat kapal. Satu jam dalam perjalanan menuju
lokasi, para nelayan melihat ratusan penumpang kapal sedang melambaikan tangan
meminta pertolongan.
Kapal pun dilaju dengan
kencang. Tiba disana, ternyata penumpangnya adalah etnis Rohingya asal Myanmar
dan Bangladesh. Saat itu pada pukul 02:30 Rabu dinihari, mereka saling rebutan
melompat ke laut untuk menuju kapal nelayan Aceh.
Dua kapal nelayan Aceh
kemudian mengangkut ratusan muslim Rohingya secara bergantian. Sementara dua
kapal lagi menarik kapal Thailand tersebut ke pesisir. Namun, karena bobotnya
terlalu besar, maka nelayan memutuskan untuk meninggalkan kapal tersebut.
Setibanya di daratan
perkampungan, para Rohingnya ini disambut baik oleh warga Aceh. Bahkan,
berbagai macam bentuk bantuan pun datang untuk mereka. Jumlah mereka hampir
mencapai 400 orang, diantaranya anak-anak dibawah sepuluh tahun yang sebagian
tak lagi memiliki orang tua.
Jurnalis lintasatjeh.com berpose di dalam kapal.(LA/chairul) |
Laporan Chairul Sya'ban,
Jurnalis lintasatjeh.com menyebutkan, kondisi para pengungsi yang berasal dari
bagian Asia Tenggara itu sangat mengenaskan. Kurus kering kelaparan, bahkan
sakit sekalipun.
"Kondisi mereka sangat
mengenaskan, badan kurus kering karena kelaparan. Tapi, warga Aceh sudah
memberikan bantuan berupa logistik dan pakaian," demikian Chairul Sya'ban
melaporkan langsung dari Desa Simpang Lhee, Julok, Aceh Timur pukul 11:00 WIB.
Sementara itu Camat Julok,
Zainuddin, mengatakan para pengungsi etnis Rohingya dan Bangladesh sudah didata
sementara jumlahnya oleh petugas.
"Mereka sudah didata
sementara, jumlahnya hampir mencapai 400 orang. Warga juga memberikan makanan
buat mereka. Dan ini para pengungsi sudah dibawa ke penampungan Kuala Langsa
untuk disatukan dengan Rohingya lainnya," kata Zainuddin.
2 bungkus kopi di kapal.(LA/chairul) |
Pukul 12:00 WIB, Chairul
Sya'ban jurnalis lintasatjeh.com menumpangi kapal nelayan Aceh bersama lima
nelayan menuju ke lokasi kapal Thailand dengan memakan waktu satu jam.
Kapal berwarna hijau dengan
panjang sekitar 50 meter itu terlihat oleng dan nyaris tenggelam.
Di dalam kapal, terdapat
rempah-rempah dan bungkusan mie instan, kopi bersegel Thailand dan Malaysia,
pakaian dalam wanita (CD, Bra), pakaian anak-anak, dan kotoran.
Bau tak sedap juga tercium di
dalam kapal. Kemudian terdapat kain berwarna hitam ukuran satu meter yang
dijadikan sebagai bendera dan bertuliskan "We Are Myanmar Rohingya"
(Kami adalah Myanmar Rohingya).
Terlihat juga kondisi mesin
yang sudah dalam keadaan kehabisan bahan bakar. Tak hanya itu, beberapa kabel
jaringan listrik dalam kondisi hangus terbakar.
Mesin kapal yang rusak.(LA/chairul) |
Kisah rohingya terdampar
adalah gelombang ketiga terdampar di Aceh setelah ratusan Rohingya lainnya
terdampar di perairan Aceh Utara, Langsa, dan Aceh Tamiang.
Kini, sampai pukul 15:00 sore
tadi kapal tersebut masih berada dilokasi. Sementara Pemda setempat belum
merencanakan kapal tersebut dibawa kemana.[chairul]