-->

Kronologis Nelayan Aceh Mengevakuasi Kapal Thailand Pengangkut Ratusan Etnis Rohingya

16 Mei, 2015, 08.09 WIB Last Updated 2015-05-16T01:09:15Z
LANGSA - Enam kapal nelayan Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh berhasil menyelamatkan dua kapal tongkang yang berasal dari Thailand yang mengangkut sekitar 605 etnis Rohingya Myanmar dan Bangladesh, Kamis malam (14/5/2015) pukul 21:00 WIB.

Informasi yang diperoleh wartawan dari salah satu nelayan yang ikut mengevakuasi, Pak Do (50) mengatakan, malam itu para nelayan yang sedang beraktivitas di laut melihat dua kapal asing dalam kondisi oleng sedang berada di tengah lautan atau sekitar 35 mil dari bibir pantai Kuala Langsa.

“Kami semuanya ada enam kapal yang mengevakuasi manusia perahu tersebut. Kapal yang mengangkut ratusan warga asing itu dalam kondisi oleng dan nyaris tenggelam. Disamping itu, ada sepuluh kapal kecil (pancing) yang ikut mengevakuasi,” jelas Pak Do, Jum’at malam (15/5/2015) pukul 22:00 WIB.

Saat di evakuasi, tambah Pak Do, para penumpang kapal dalam kondisi mengenaskan, kelaparan dan penuh luka bacokan disekujur tubuh bahkan di kepala.

“Mereka kemudian kita evakuasi satu persatu dengan menggunakan kapal kecil. Mereka ada dua kapal, satu kapal lagi sudah tenggelam,” tambahnya.

Tak hanya itu, sejumlah nelayan mengaku sempat melihat sejumlah mayat yang sedang mengapung disela-sela pengevakuasian.

Dari informasi yang diterima, kuat dugaan mayat tersebut merupakan korban perkelahian antara warga Myanmar dengan Bangladesh pada satu kapal.

Tiba di Kuala Langsa, mereka langsung ditampung oleh Pemerintah Kota Langsa dengan ditempatkan sementara di Gudang Pelabuhan Kuala Langsa. Sebagian dari mereka juga diangkut ke ambulance oleh tim medis setempat.

“Mereka banyak yang kurus lemah tak berdaya, mungkin karena lama tak makan. Tubuh dan kepala mereka juga terluka akibat senjata tajam. Kita larikan langsung ke Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Bantuan medis juga langsung turun ke lokasi guna melakukan pertolongan,” kata Wakil Direktur RSUD Kota Langsa, Syamsul.

Chairul Sya'ban Jurnalis lintasatjeh.com melaporkan secara langsung dari lokasi, bahwa pengevakuasian sempat terhambat karena banyaknya masyarakat yang tumpah ruah melihat warga asing tersebut.

Kemacetan juga terjadi sepanjang belasan kilometer. Tak hanya itu, sesama Bangladesh juga sempat adu jotos karena rebutan makanan.

“Kata petugas medis, sesama warga Bangladesh sempat adu jotos karena rebutan makanan saat dibagikan oleh petugas setempat. Tidak ada korban jiwa dalam perkelahian tersebut, namun tidak sedikit yang terluka,” demikian Chairul Sya’ban melaporkan langsung dari lokasi di Kuala Langsa.

Pengakuan Salah Satu Warga Myanmar

Mohammad Roffique (21) mengatakan, dirinya bersama pengungsi lainnya terkatung-terkatung di tengah lautan selama dua bulan lima belas hari.

Kapal yang ia tumpangi sebelumnya dilepas begitu saja ke laut lepas oleh tentara Thailand dengan diberikan logistik yang sangat terbatas. Awalnya, mereka hendak berangkat mencari suaka politik ke negeri jiran Malaysia.

“Kami berangkat dari Myanmar menuju Malaysia. Setibanya di Thailand, kami tak di izinkan masuk. Kemudian tentara Thailand mengusir kami dengan cara dilepas ke laut lepas dan di tinggal begitu saja. Selepas itu, kami terombang-ambing,” kata Roffique.

Ditambahkannya, ia bersama pengungsi lainnya sempat mendarat di perairan Malaysia, namun di usir oleh Malaysia dan kemudian memasuki perairan Indonesia, lantas di Indonesia pun tak diinginkan masuk.

Selanjutnya, mereka terombang-ambing lagi ditengah lautan dan terakhir berhasil mendarat di perairan Indonesia tepatnya Kuala Langsa, Aceh dengan bantuan dari nelayan setempat.

Sementara itu, data sementara yang diperoleh jurnalis lintasatjeh.com dilokasi dari tim evakuasi, mencatat dari 605 etnis Rohingya diantaranya 210 warga Myanmar dan 395 warga Bangladesh yang semuanya adalah pria.

Sedangkan anak kecil sebanyak 59 orang yang merupakan warga Myanmar termasuk perempuan.

Hingga berita ini diturunkan, Pemko Langsa terus berupaya menangani pengevakuasian dengan cara memfasilitasi tempat penampungan dan bantuan logistik serta pakaian.[Chairul]
Komentar

Tampilkan

Terkini