LANGSA -
Enam kapal nelayan Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh berhasil menyelamatkan dua
kapal tongkang yang berasal dari Thailand yang mengangkut sekitar 605 etnis Rohingya
Myanmar dan Bangladesh, Kamis malam (14/5/2015) pukul 21:00 WIB.
Informasi yang diperoleh
wartawan dari salah satu nelayan yang ikut mengevakuasi, Pak Do (50)
mengatakan, malam itu para nelayan yang sedang beraktivitas di laut melihat dua
kapal asing dalam kondisi oleng sedang berada di tengah lautan atau sekitar 35
mil dari bibir pantai Kuala Langsa.
“Kami semuanya ada enam kapal yang mengevakuasi manusia
perahu tersebut. Kapal yang mengangkut ratusan warga asing itu dalam kondisi
oleng dan nyaris tenggelam. Disamping itu, ada sepuluh kapal kecil (pancing)
yang ikut mengevakuasi,” jelas Pak Do, Jum’at malam (15/5/2015)
pukul 22:00 WIB.
Saat di evakuasi, tambah Pak
Do, para penumpang kapal dalam kondisi mengenaskan, kelaparan dan penuh luka
bacokan disekujur tubuh bahkan di kepala.
“Mereka kemudian kita evakuasi satu persatu dengan
menggunakan kapal kecil. Mereka ada dua kapal, satu kapal lagi sudah tenggelam,”
tambahnya.
Tak hanya itu, sejumlah
nelayan mengaku sempat melihat sejumlah mayat yang sedang mengapung disela-sela
pengevakuasian.
Dari informasi yang diterima,
kuat dugaan mayat tersebut merupakan korban perkelahian antara warga Myanmar
dengan Bangladesh pada satu kapal.
Tiba di Kuala Langsa, mereka
langsung ditampung oleh Pemerintah Kota Langsa dengan ditempatkan sementara di
Gudang Pelabuhan Kuala Langsa. Sebagian dari mereka juga diangkut ke ambulance
oleh tim medis setempat.
“Mereka banyak yang kurus lemah tak berdaya, mungkin
karena lama tak makan. Tubuh dan kepala mereka juga terluka akibat senjata
tajam. Kita larikan langsung ke Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Bantuan medis
juga langsung turun ke lokasi guna melakukan pertolongan,”
kata Wakil Direktur RSUD Kota Langsa, Syamsul.
Chairul Sya'ban Jurnalis lintasatjeh.com melaporkan secara langsung dari lokasi, bahwa
pengevakuasian sempat terhambat karena banyaknya masyarakat yang tumpah ruah
melihat warga asing tersebut.
Kemacetan juga terjadi
sepanjang belasan kilometer. Tak hanya itu, sesama Bangladesh juga sempat adu
jotos karena rebutan makanan.
“Kata petugas medis, sesama warga Bangladesh sempat adu
jotos karena rebutan makanan saat dibagikan oleh petugas setempat. Tidak ada
korban jiwa dalam perkelahian tersebut, namun tidak sedikit yang terluka,”
demikian Chairul Sya’ban melaporkan langsung dari lokasi di Kuala Langsa.
Pengakuan Salah Satu Warga
Myanmar
Mohammad Roffique (21)
mengatakan, dirinya bersama pengungsi lainnya terkatung-terkatung di tengah
lautan selama dua bulan lima belas hari.
Kapal yang ia tumpangi
sebelumnya dilepas begitu saja ke laut lepas oleh tentara Thailand dengan
diberikan logistik yang sangat terbatas. Awalnya, mereka hendak berangkat
mencari suaka politik ke negeri jiran Malaysia.
“Kami berangkat dari Myanmar menuju Malaysia. Setibanya
di Thailand, kami tak di izinkan masuk. Kemudian tentara Thailand mengusir kami
dengan cara dilepas ke laut lepas dan di tinggal begitu saja. Selepas itu, kami
terombang-ambing,” kata Roffique.
Ditambahkannya, ia bersama
pengungsi lainnya sempat mendarat di perairan Malaysia, namun di usir oleh
Malaysia dan kemudian memasuki perairan Indonesia, lantas di Indonesia pun tak
diinginkan masuk.
Selanjutnya, mereka
terombang-ambing lagi ditengah lautan dan terakhir berhasil mendarat di
perairan Indonesia tepatnya Kuala Langsa, Aceh dengan bantuan dari nelayan
setempat.
Sementara itu, data sementara
yang diperoleh jurnalis lintasatjeh.com dilokasi dari tim evakuasi, mencatat
dari 605 etnis Rohingya diantaranya 210 warga Myanmar dan 395 warga Bangladesh
yang semuanya adalah pria.
Sedangkan anak kecil sebanyak
59 orang yang merupakan warga Myanmar termasuk perempuan.
Hingga berita ini diturunkan, Pemko Langsa
terus berupaya menangani pengevakuasian dengan cara memfasilitasi tempat
penampungan dan bantuan logistik serta pakaian.[Chairul]