-->

Ketika Handphone Wakil Rakyat “Tuut..Tuut...Tuut”

19 Mei, 2015, 17.29 WIB Last Updated 2015-05-19T14:18:29Z

Sengaja Penulis coba sedikit membuka tabir dan fenomena judul diatas, namun bukan berarti untuk menuduh, mendzalimi atau mendeskreditkan seseorang terutama para wakil rakyat yang sekarang mengemban amanah dan memiliki jabatan sebagai anggota dewan.

Fenomena ini sering terjadi, seperti di negeri antah berantah! Negeri tempat orang menggantungkan harga diri dan kehormatan untuk mendapatkan nikmatnya kursi jabatan melalui pesta rakyat yang terkadang …… huuuuh harus membeli suara dengan amplop 20 ribuan, 50 ribuan atau 100 ribuan. Terkadang ada yang semangat memberikan berbagai ragam sembako demi tercapainya cita-cita biar orang bisa memanggil “Pak Dewan atau Buk Dewan”.

Wakil rakyat itu, kumpulan orang-orang hebat! Bukan hanya hebat dari segi pendidikan, latar belakang sosial, pergaulan atau koneksi, tapi juga hebat dari segi etika, moral dan sopan santun. Anehnya kehebatan itu terkadang luntur oleh sikap dan tingkah polah anggota dewan itu sendiri.

Ya, tingkah polah dia sendiri! Ketika kampanye mulutnya berbuih. Segudang janji diumbar laksana penjual jamu obat kuat untuk menarik pembeli. Soal kemanjuran obatnya,,, heh itu soal nanti!

Setelah obat dibeli, sang penjual jamu entah masih punya keberanian atau tidak untuk hadir di tempat penjualan lapak yang pertama. Sama juga seperti anggota dewan, sudah mulai enggan menjual jamu, mulutnya sudah mulai tertutup rapat meski sesekali nyengir tanda bersahabat semu.

Setelah sang pemilik suara mengantar anggota dewan menang merebut jabatan, beragam pengakuan juga datang menghampiri sang pemenang. Mulai aku sudah membantu, aku timsesnya, aku…aku…dan banyak yang mengaku untuk mendapatkan sekedar uang recehan.

Namun “AKU” yang lebih besar memberikan sponsorship lebih, memang mau mendapatkan sedikit proyek-proyek PL ataupun pemenang tender, yang penting jerih payah pemenangan terbayarkan sebagai balas budi.

Namun, sang dewan terkadang lupa diri setelah menikmati pembelajaran sebagai anggota dewan melalui 4D alias dating, duduk, diam, dapat dhuwit. Karena pikirannya bukan murni sebagai wakil rakyat setelah duduk sebagai dewan, namun manusiawi berpikir mengumpulkan pundi-pundi rupiah sebagai ganti modal pemilu.

Nah, setelah beberapa bulan berlalu menjadi anggota dewan, yang dulunya dinyatakan sehat, justru sekarang timbul penyakit baru. Ada phobia atau takut ketemu orang, takut ditemui orang, enggan bertemu orang, yang lebih aneh alergi sama bunyi HP.

Dari beberapa survey dan curhatan masyarakat, nampaknya penyakit itu sudah hampir memasuki fase kritis layaknya virus ebola. Ada kalanya penyakit itu datang tiba-tiba, pas deket warung kopi, pas deket rumah makan, pas deket acara seremonial, bahkan pas acara hajatan,  pokoknya serba pas kebetulan.

Rata-rata pemilih mengalami hal ini, padahal bukan maksud hati untuk meminta bantuan ataupun diberikan bantuan. Padahal menghubungi lewat telphone hanya sebagai penyambung silaturrahmi dan say hello saja. Namun kita terkadang dibuat kesal ketika HP Anggota Dewan jarang aktif atau memang sudah ganti nomor.

Terkadang terdengar nada sambung sebagai berikut :

“Tuut … tuut … tuut … rekam pesan anda setelah nada berikut.”

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau diluar service area”.

“Nomor yang anda tekan, salah”.

Bukankah wakil rakyat seharusnya merakyat, melayani, melindungi, dan menjadi panutan. Kalau memang mengemban amanah rakyat kenapa harus menghindari rakyat, memang tidak dipungkiri ada oknum-oknum yang memakai modus untuk menjerat anggota dewan demi kepentingan pribadi.

Namun demikian, anggota dewan jangan selalu berburuk sangka kepada semua orang, karena tentu lebih banyak manusia yang berakhlak daripada oknum yang suka jual nama rakyat.

Semoga tulisan ini, bisa menginspirasi Anggota Dewan yang terhormat, agar bijak terhadap janjinya dan bijak terhadap rakyat pemilihnya. Dengan jabatan yang hanya lima tahun saja, berbuat baiklah seperti waktu kampanye, yakinlah kalau anda baik, rakyat juga akan baik. Yakinlah kalau masih punya ambisi, dipastikan anda akan terpilih lagi, namun kalau sebaliknya maka biarkanlah nikmatmu hanya sementara.
Komentar

Tampilkan

Terkini