JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai
bahwa fenomena beras oplosan plastik yang ditemukan di Bekasi lebih bermotif
politik.
Isu
beras plastik yang berkembang di tengah masyarakat saat ini dinilai hanya
merupakan pengalihan isu.
Wakil
Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Kadin, Natsir
Mansyur, mengatakan, penilaian ini didasarkan karena harga biji plastik yang
lebih mahal dibandingkan harga beras.
"Menurut
saya ini murni bukan bisnis, biji plastik itu lebih mahal dua kali lipat
dibandingkan beras. Kalau dicampur dan dijual lebih murah, itu bukan motif
dagang jadinya. Saya kira ini pengalihan isu atau motif politik saja," kata
Natsir, di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin 25 Mei 2015.
Dia
menjelaskan bahwa seandainya kejadian ini hanya motif dagang atau ekonomi, maka
seharusnya pelaku mencampur beras dengan komoditi yang harganya jauh lebih
murah, seperti jagung atau beras yang kualitasnya jelek.
"Kalau
begitu, baru motif dagang yang mencari keuntungan. Kalau dicampur plastik itu
sudah kriminal," ucap Natsir.
Sementara
itu, mengenai pembuatan biji plastik untuk dibentuk seperti beras, dia menilai,
alat tersebut mudah saja dibuat di dalam negeri dengan menggunakan alat pembuat
mesin kantong plastik.
"Saya
enggak tahu itu impor atau dari dalam (beras plastik). Ini teknologinya bisa
dibuat di sini dan sederhana saja saya kira," tuturnya.[Viva]