Biksu Ashin Wirathu (tengah). IST |
JAKARTA - "Saya membaca Alquran," kata Biksu Myanmar
Ashin Wirathu, matanya menyipit. "Terus terang, saya tidak menemukan
sesuatu yang aku suka."
Pernyataan
Ashin ini dilansir latimes.com yang terbit pada Minggu (24/5/2015) dan
mengundang berbagai reaksi dunia internasional.
Menyusul
berbagai reaksi dunia internasional sebelumnya berdatangan atas terjadinya
pembantaian oleh Ashin terhadap umat muslim Rohingya di Myanmar.
Salah-satunya
dari NU (Nahdlatul Ulama) Indonesia.
Namun,
masih dalam berita bertajuk Monk dubbed 'Buddhist Bin Laden' targets Myanmar's
persecuted Muslims, Ashin Wirathu membantah link ke pemerintah atau
menganjurkan kekerasan massa, mengatakan serangan di Mandalay adalah
"setup oleh umat Islam sehingga dunia akan melihat saya sebagai seorang
teroris."
"Saya
tidak bekerja berdasarkan dendam. Saya bekerja berdasarkan data," katanya.
"Lihatlah wajah saya. Saya tidak punya kebencian sama sekali."
Ashin
mempunyai keyakinan bahwa kaum muslim mempunyai sebuah master plan untuk
mengubah Myanmar, yakni negeri yang mayoritas pemeluk Buddha menjadi penganut
Islam dimasa yang akan datang, hal ini tidak lain karena umat muslim di Myanmar
setiap tahunnya mengalami penambahan.
Ashin
diketahui dulunya seorang yang berhenti dari dunia pendidikan formal, lalu ia memutuskan
menjadi biksu.
Lambat
laun, Ashin oleh para pengikut Buddha dikenal sebagai biksu yang aktif terhadap
pengkritikan dan aktif memberikan pengarahan serta ajakan terhadap umat Buddha.
Beberapa
tahun terakhir, ia juga dikenal sebagai biksu yang mempunyai pandangan yang
radikal, bahkan dalam wawancara dengan Los Angeles Times, ia menyatakan
ketidaksukaannya terhadap keberadaan etnis Rohingya yang beragama Islam yang
menempati salah-satu wilayah negara mayoritas penganut Buddha itu.
Di
Indonesia, terdapat berbagai reaksi kekecewaan, dan menyayangkan atas tragedi
bentrokan antarumat beragama di Myanmar tersebut.
Jika
Ashin mengatakan ketidaksukaannya terhadap etnis Rohingya yang beragama Islam,
serta kebenciannya terhadap kitab suci umat Islam.
NU
yang merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia melalui Ketua Pengurus
Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) H Slamet Effendy Yusuf meminta agar negara-negara
yang tergabung dalam ASEAN dan dunia, dilansir musmus.me, segera menyeret
pemimpin junta Militer Myanmar dan biksu Ashin Wirathu ke pengadilan HAM
Internasional.
“Negara-negara ASEAN
harus tegas minta PBB untuk seret biksu Ashin Wirathu dan pemimpin junta
militer Myanmar ke pengadilan HAM internasional,”
kata Slamet.
Slamet
menilai, baik pimpinan junta muliter Myanmar maupun biksu Ashin sama-sama
melanggar hukum karena membiarkan pembantaian terhadap umat muslim Rohingya
yang dilakukan atas kobaran kebencian yang ditebarkan oleh biksu Ashin kepada
pengikutnya itu. [Tribun]