Perempuan Rohingya sedang antri makan. (Foto: Dok) |
Kondisinya
sangat menyedihkan, kurus kering karena kelaparan setelah terkatung-katung
dilaut lepas selama dua bulan empat belas hari. Mereka diselamatkan oleh
nelayan Aceh setelah kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing dalam keadaan mesin
rusak. Kapal yang terdapat lambang Thailand itupun kini sudah ditarik ke
Pelabuhan Krueng Geukuh Lhokseumawe.
Beruntung
warga Aceh memberikan bantuan kepada mereka, dalam hitungan menit perut para
Rohingya tersebut sudah terisi makanan. Warga Aceh berbondong-bondong membantu
dalam berbagai bentuk bantuan.
Menyerahkan bantuan. (Foto: Dok) |
Bahkan,
kini bantuan kian menggunung yang disimpan di bawah tenda Posko Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara. Bantuan terbanyak adalah
pakaian bekas dan baru.
"Ya
alhamdulilah bantuan banyak yang datang, rezeki buat mereka (Rohingya). Bantuan
paling banyak adalah pakaian bekas dan pakaian baru, logistik ya lumayan juga.
Uang tunai juga ada, lumayan juga sih," kata Sulaiman petugas dari Ikatan
Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) penerima bantuan, Selasa (26/5/2015).
Chairul
Sya'ban jurnalis lintasatjeh.com melaporkan, bahwa bantuan ada yang datang dari
Pemerintah Aceh, Rodja TV, Insan TV, Ummat TV, DPR Aceh, KPA/PA Wilayah Pase,
FPI/LPI Aceh, dan berbagai elemen masyarakat sipil lainnya.
Informasi
lain yang diperoleh dari petugas penerima bantuan, bantuan yang kini menggunung
di posko tersebut mampu mencukupi stok hingga setahun lamanya. Bantuan yang
belum ada saat ini hanya tas untuk menyimpan pakaian.
Pun
sangking banyaknya, bantuan berupa logistik bahkan ada yang sudah membusuk.
"Bantuan sudah melimpah, bahkan banyak yang sudah membusuk. Itu karena
tidak ada gudang penyimpanan makanan," ujar petugas lain di Posko.
Sementara
itu pantauan lain secara tak sengaja, bantuan juga datang dari lembaga Aceh
Development Comitte (ADEC). Lembaga tersebut sebelumnya sempat menjadi
perhatian oleh Pemerintah karena menimbulkan keresahan ditengah-tengah
masyarakat umum.
Stiker ADEC. (Foto: Dok) |
ADEC
memberikan bantuan berupa belasan kardus berisi air mineral dan dibubuhkan
lambang ADEC. Identitasnya pun enggan didaftar di buku daftar penyalur bantuan.
Langsung saja tancap gas usai memberikan bantuan ke Posko.
I
LIKE Aceh Indonesia.
Muhammad
Husein dan Mahmod Rasyid merasa bangga dengan warga Aceh yang senantiasa telah membatu
etnis Rohingya. Husein dan Rasyid adalah salah satu etnis Rohingya yang pasif
berbahasa melayu.
Dua
pria berwajah kulit hitam tersebut bahkan enggan di deportasi ke negara lain.
"Saya suka di Aceh, ingin tetap di Aceh. Alhamdulilah Aceh telah membantu
kami," ucap Rasyid dengan sambil mengunyah sirih yang dibenark Husein.
Rasyid
berangkat dari negaranya karena ingin mencari suaka ke negara lain. Negara yang
dituju adalah Malaysia. Ia berangkat bersama lima teman sekampungnya dengan
menggunakan boat kecil.
"Kami
tak tahu arah tujuan hingga akhirnya ditangkap ketika memasuki perairan
Thailand. Kami kemudian disatukan dengan orang-orang Bangladesh yang telah
menunggu ditengah laut," kisah Rasyid.
Husein
juga demikian, ia berangkat dengan adik perempuannya yang masih berusia 7
tahun. Namun nasib berkata lain, rencana ingin mencari suaka, malah ditahan
tentara Thailand dan akhirnya terdampar di perairan Aceh Utara.
Abdul
Khalam juga senang bercengkrama dengan orang Aceh. Ucapan Salam selalu ia
lontarkan kepada orang-orang Aceh. "I Like Aceh Indonesia. I tak mau
dibalik ke kampung, I Love Aceh," katanya dengan bahas Inggris
terbata-bata.
Bantuan
kini terus datang yang dibawa dengan mobil halus bahkan truck. Menteri Sosial
RI, Khofifah juga mengapreasiasi dan sangat berterimakasih kepada warga Aceh
yang telah membantu muslim Rohingya.****