MAGELANG - Sejumlah perajin
lokal batu akik dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
memamerkan batu akik khas wilayah masing-masing dalam pameran di dekat Candi
Borobudur, Minggu (10/5/2015).
Pameran tersebut semakin
mampu menaikkan popularitas batu akik lokal, tak terkecuali batuan yang diambil
dari sungai Sileng yang terdapat di kawasan Borobudur.
Dalam pameran bertajuk
"Seribu Batu Sejuta Warna Milik Indonesia" yang digelar oleh
Organisasi Orang Borobudur Bersatu (Obor) di rest area Taman Wisata Candi
Borobudur (TWCB) Kabupaten Magelang, sejak Kamis (7/5/2015) hingga Minggu
(10/5/2015), antusias pengunjung terlihat.
Perajin lokal dari Borobudur,
Kebumen, Purbalingga, Purworejoo, dan DIY pun akhirnya kebanjiran pesanan dan
order dengan pameran tersebut.
Dalam pameran tersebut, ada
ratusan bahkan ribuan batu akik berbagai jenis dipamerkan, tidak terkecuali
batu akik khas Borobudur yang berasal dari Kali Sileng.
Batu dari sungai purba ini
memiliki karakteristik unik, seperti lavender, kecubung, sarang tawon, panca
warna, kulit tokek, sarang tawon dan untu bledek. Selain itu ada pula akik yang
diambil dari perbukitan Menoreh.
Salah satu pemilik stan batu
akik khas Borobudur, Adi Susilo mengatakan, dia memiliki beberapa variasi batu
akik asli Borobudur. Harganya pun bervariasi, ada yang berkisar antara Rp 10
ribu hingga 50 ribu per biji.
“Harga yang paling mahal adalah jenis untu bledek, ada
yang nawar Rp 17 juta. Sementara, untuk sarang tawon saya tawarkan Rp 250 ribu
per biji,” jelasnya di sela-sela pameran, kemarin.
Menurutnya, batu akik
tersebut diasahnya dari batu yang diambil di sungai Sileng, yang memang
memiliki kekhasan. Dia memaparkan, batu akik yang sudah menjadi perhiasan
seperti cincin dan liontin dijual berkisar harga Rp 50 ribu hingga belasan juta
rupiah.
“Dengan adanya pameran ini, kreativitas perajin lokal
juga ikut meningkat,” ucapnya.
Stan yang dijaga Muhamad
Dumaheri juga tak kalah menarik. Stan tersebut unik, karena di banyak stan
lainnya menampilkan aneka cincin, liontin, ataupun perhiasan dari akik, namun,
di stan ini hanya khusus memamerkan batuan mulia dari harga Rp 150 ribu hingga
7,5 juta.
Di stan tersebut, ada batu
panca warna seberat 20 kilogram yang dibanderol Rp 7,5 juta. Selain itu juga
ada batu “sperma gajah” yang dijual Rp 1, 25
juta, fosil kayu yang dibanderol Rp 4 juta.
Serta beberapa bongkah batu
dari sungai Sileng yang dihargai Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu.
“Kami memang sengaja memamerkan batu akik dalam bentuk
bongkahan yang bernilai tinggi. Fungsinya memang sebagai hiasan. Selain itu,
kami menjual batu bahan cincin yang bisa diasah. Ini asli dari Sungai Sileng,”
ujar Muhamad Dumaheri.[tribunnews]