JAKARTA - Dari
hampir 1.800 migran yang baru-baru ini mendarat di Aceh, 50% adalah migran
ekonomi dari Bangladesh dan sisanya adalah pengungsi Rohingya yang melarikan
diri dari penindasan di Myanmar.
Hal itu disampaikan oleh juru
bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanatha Nasir, mengutip hasil
verifikasi awal yang dilakukan oleh Badan Pengungsi PBB (UNHCR).
"Memang datanya
menunjukkan hampir 50% itu merupakan warga dari Bangladesh, jadi memang mereka
merupakan migran ekonomi," katanya kepada wartawan BBC Indonesia, Rohmatin
Bonasir, Sabtu (23/05).
Adapun sisanya adalah
orang-orang Rohingya yang mengungsi dari Myanmar menyusul gelombang kekerasan
dan penindasan terhadap etnik Rohingya di sana.
Migran-migran, yang oleh
Kementerian Luar Negeri disebut sebagai migran ireguler, menumpang kapal-kapal
selama sekitar dua bulan dengan tujuan utama antara lain Malaysia untuk mencari
kerja. Namun mereka ditinggalkan oleh awak kapal di tengah laut setelah
Thailand melancarkan operasi mengatasi penyelundupan manusia.
Komposisi asal negara,
menurut Organisasi Migrasi Internasional (IOM), tidak perlu dipersoalkan
meskipun ada beberapa di antara mereka mengubah pengakuan tentang asal usul
mereka.
Dikatakan beberapa di antara mereka
semula mengaku orang Rohingya, tetapi kemudian mengubah pengakuan menjadi orang
Bangladesh atau sebaliknya.
"Itu bukan menjadi
kekhawatiran kami dikarenakan biar bagaimanapun selama mereka berada di sini
dukungan yang kami berikan atau kami bantukan akan terus berjalan," kata
Akmal Haris dari IOM.
"Ini artinya untuk ke
depan, apakah mereka akan pulang ke negara asal."
Pemerintah Bangladesh telah
mengutus duta besarnya di Jakarta untuk mengunjungi warga Bangladesh yang
diselamatkan di Aceh dan menyatakan komitmen untuk membawa pulang warga
Bangladesh.
Pemerintah Myanmar juga
sepakat mengirim utusan ke Aceh, namun waktunya belum ditentukan.[bbc]