JAKARTA - Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono berbicara dalam
diskusi publik bertema Revolusi Mental Sutan Takdir Alisjahbana Menuju Manusia
Indonesia Progresif di Aula Universitas Nasional, Jakarta Selatan, Sabtu
(25/4).
Dalam
diskusi itu, Presiden keenam RI itu mengemukakan definisi revolusi mental. Kata
dia, revolusi adalah perubahan fundamental, sering disertai pertumpahan darah,
meski tidak selalu. Sementara pengertian mental adalah kesadaran atau persepsi.
"Revolusi
mental adalah perubahan fundamental dan total atas alam pikiran seseorang dan
masyarakat agar negara kita 10-20 tahun ke depan dapat menjadi negara yang maju
dan sukses," terangnya.
Ketua
Umum Partai Demokrat ini juga meminjam buah pikiran mantan Sutan Takdir
Alisjahbana, yang menyebut revolusi mental membuat masyarakat berubah jadi
lebih rasional. Selain itu, tidak tertutup dari budaya lain, tanpa
menghilangkan budaya lokal.
Dia
berharap agar Indonesia bisa menyusul negara-negara lain di Asia yang telah
melewati proses revolusi mental. Negara-negara itu, yakni Jepang, Tiongkok, dan
India.
"Ketika
saya memimpin Indonesia selama 10 tahun, saya kerap katakan Indonesia punya
visi besar. Sebelum abad 21 berakhir, kita harus tancapkan tonggak. Tahun 2045
kita harus kuat secara ekonomi, politik, juga peradaban harus kokoh. Kemudian
pada 2030, Indonesia akan jadi emerging economy. Hal ini, sangat mungkin
terjadi pada 15 tahun mendatang," demikian SBY yang hadir ditemani
Ibu Ani Yudhoyono.
Hadir
juga dalam diskusi tersebut, Menteri PAN-RB Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi,
S.E.,M.E., Prof. Dr. Taufik Abdullah, APU (LIPI), Prof. Dr. Sapardi Djoko
Damono (UI), Tamalia Alisjahbana, S.H., LLM (cantab) (yayasan STA), Dr. Firdaus
Syam Pagar Alam, M.A. (Sekolah Pascsarjana Universitas Nasional) dan
dimoderatori oleh Dr. Alfan Alfian.
"Diskusi
publik ini menjadi sangat relevan di tengah-tengah pruralisasi dan persoalan
domestikasi bangsa, disorientasi nilai dan disharmonisasi sosial. Itu
membutuhkan suatu pemikiran-pemikiran jenius dan brilian yang bisa menjawab
persoalan ini. Pemikiran-pemikiran ini bisa kita dapatkan dari pemikiran Sutan
Takdir Alisjahbana," ujar Dr. Firdaus Syam yang juga selaku Ketua Panita
Diskusi Publik Revolusi Mental STA.
Pengamat
politik yang juga dosen dan alumni Universitas Nasional, Dr. Alfan Alfian
menambahkan STA sangat konsen dengan peningkatan kualitas SDM bangsa. STA,
lanjutnya, mengajak untuk terus berpikir, menggali, dan mengambil nilai-nilai
positif barat seperti intelektualitas dan gairah untuk mengejar materi tapi
dalam arti yang positif. Kemudian nilai egoisme dalam arti memiliki semangat
daya kompetisi yang tinggi diartikan bahwa nilai-nilai barat adalah nilai-nilai
yang progresif yang mestinya secara positif dapat kita contoh.
"Kunci
dari pemikiran STA adalah kita harus memiliki kesadaran hidup berbangsa,
kemudian menumbuhkan suatu etos kebangsaan, menghargai intelektualitas dan
mempunyai etos entrepreuner. Seperi yang dikatakan STA, kita harus membesarkan
api kebangsaan kita, api Indonesia. Hanya dengan itu maka kita bisa tampil
sebagai bangsa yang dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain," ungkap
Alfian.[rmol]