MEULABOH - Seratusan masyarakat melakukan aksi protes dengan
memblokade jalan menuju kafe di pantai wisata di Kecamatan Johan Pahlawan,
Kabupaten Aceh Barat, karena diduga sering dijadikan tempat maksiat dan
melangar syariat Islam.
Kechik
(kades) Suak Ribe T Razali di Meulaboh, Sabtu mengatakan masyarakat sudah
berulang kali memperingati pemilik kafe setempat untuk membuat pondok singahan
lebih terbuka sehingga tidak berpeluang dijadikan sebagai tempat maksiat.
"Semua
kafee ini kita tutup jalan masuk ke lokasi sampai 10 hari kedepan, ini agar
tidak memicu kemarahan warga tidak melakukan hal-hal anarkis," katanya.
Bersama
dengan tokoh masyarakat, pemuda setempat mendatangi langsung pemilik kafe
tersebut memberi peringatan, meski sempat terjadi adu mulut namun pemilik kafe
tetap bersikeras tidak akan menutup usahanya tersebut.
Warga
yang marah kemudian manurunkan satu batang kelapa dari mobil dan melintangkan
pohon kelapa yang sudah dipersiapkan, aksi tersebut juga sebagai upaya
mendukung pelaksanaan syariat Islam secara sempurna (kaffah) dikawasan itu.
Tokoh
muda setempat Rahmad Ozer menambahkan, tidak bermaksud mengganggu perekonomian
usaha kafe, namun aksi protes ini semata untuk menjadikan kawasan pantai wisata
berlandaskan syariat Islam.
"Kita
paham dengan ekonomi mereka, tapi ini kita lakukan agar pemilik kafe juga
mendukung terhadap pelaksanaan syariat Islam, bukan soal program pemerintah
tapi kita juga takut murka tuhan bila terus dibiarkan," tegasnya.
Aksi
tersebut merupakan tindak tegas masyarakat gampong Suak Ribe setelah sebelumnya
sudah memberi teguran secara lisan dan tertulis, malahan dikawasan pintu
gerbang memasuki pantai wisata itu sudah dibuatkan peringatan.
Tidak
efektif peringatan ditulis pada selembar kertas yang dipajangkan dipintu masuk
karena setiap pengunjung yang datang kelokasi didominasi usia muda yang khusus
mencari tempat berpacaran atau malahan melakukan perbuatan yang dilarang agama
Islam.
"Beberapa
hari lalu sudah ada dua pasangan kami nikahkan di gampong, kami pangil kedua
orang tua mereka karena kedapatan melakukan khalwat dikursi kafe (hubungan
intim)," tegasnya.
Sementara
itu salah seorang pemilik kafe yang meronta marah kepada warga juga menyangkal
semua pernyataan masyarakat setempat, karena mereka tidak bisa mengontrol
aktivitas pengunjung.
"Kami
hanya menyediakan tempat, tidak ada kami sediakan tempat untuk berbuat hal-hal
dilarang, kalau mereka datang kemari hanya untuk tujuan demikian itu salah,
karena banyak juga orang membawa keluarga ber santai di kafe," kata
Jauhari pemilik kafe pesisir itu. [Antaraaceh]