JAKARTA - Tantangan kebangsaan Indonesia saat ini begitu berat.
Ancaman terhadap kebangsaan, baik yang bersifat internal maupun eksternal,
sekarang ini sudah betul-betul nyata ada di depan mata.
"Pancasila
dikepung oleh dua kekuatan ideologi besar yang membawa berbagai macam
kepentingan," kata Ketua Badan Sosialisasi MPR, Ahmad Basarah, saat
menjadi narasumber dalam acara sosialisasi Empat Pilar MPR dengan metode
outbound di hotel Singgasana, Surabaya, Jumat malam (3/4).
Dua
kekuatan besar yang mengepung Pancasila, menurut Basarah, adalah
fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama. Dalam kondisi seperti ini
sebagian masyarakat mulai kehilangan jati diri, sehingga mulai ada yang
melirik ideologi alternatif.
"Survei
Setara Institute, beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa 60 persen siswa SLTP
dan SLTA di Jakarta setuju Pancasila diganti dengan ideologi lain. Ini
luar biasa. Kenapa ini bisa terjadi?" ungkap Basarah.
Menurut
Basarah, penyebabnya antara lain karena Pancasila di era Orde Baru dianggap
sebagai tameng kekuasaan. Pancasila juga dianggap melakukan pembiaran
terjadinya kekuasaan otoriter di era Orde Baru tersebut.
Perlakuan
tehadap Pancasila di zaman Orde Baru tersebut mengakibatkan, setelah pemerintah
pemerintah Orde Baru jatuh, maka lambat laun Pancasila mulai ditinggalkan. Para
pejabat tidak berani lagi bicara tentang Pancasila. Dan, lebih parah
lagi, Pancasila dicabut dari mata pelajaran pokok di sekolah.
Oleh
karena itu, katanya, sosialisasi Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara,
UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi penting. Dan tentu saja
sosialisasi seperti ini bukan untuk seremonial semata.
"MPR
yang melaksanakan kegiatan sosialisiasi ini betul-betul untuk membentuk calon
pemimpin bangsa," demikian Basarah.
[rmol]