JAKARTA - Megawati Soekarnoputri masih pantas menduduki kursi
Ketua Umum PDI Perjuangan. Presiden RI kelima itu juga dirasa masih mumpuni
menjabat sebagai ketum di partai banteng gembrot hingga tahun 2020 mendatang.
Ketua
Koordinator Relawan Pro Jokowi (Projo), Budi Ari Setiadi mengatakan sosok lain
seperti Presiden Joko Widodo masih belum cocok menempati kursi tertinggi di
PDIP.
Bukan
tanpa sebab. Pasalnya, apabila partai itu dipegang Jokowi, yang akan terjadi
malah penurunan. Apalagi, jelas Budi, posisi mantan Gubernur DKI itu sekarang
adalah presiden RI.
"Kalau
jokowi pegang partai berarti terjadi penurunan, sebab pencapaian dalam
tertinggi dalam politik adalah menjadi presiden," terang Budi dalam sebuah
diskusi yang berlangsung di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (8/4).
Alasa
lainnya, Megawati masih diyakini oleh akar rumput PDIP sebagai sosok yang tepat
untuk memegang kursi ketum. Nah, Jokowi juga dirasa menyadari betul hal
tersebut.
"Tak
mungkin jokowi mau menciptakan konflik internal di arus bawah PDIP," tandas
Budi.
Sementara
itu, Direktur Eksekutif Cyrus Network, Hasan Nasbi mengatakan, peningkatan
suara PDIP pada pilpres 2014 lalu bukan sepenuhnya merupakan usaha partai.
Pengaruh Jokowi juga dirasa menjadi tonggak kuat dalam proses peningkatan suara
tersebut.
"Kenaikan
18 prersen itu dari jokowi. Enggak mungkin partai tanpa dukungan rakyat, enggak
ada yang dukung. Pilpres itu dipilih secara langsung oleh rakyat, walaupun dia
dicalonkan partai. Tapi yang menjadikan dia adalah rakyat bukan partai,"
demikian Nasbi dalam diskusi yang sama.
Seperti
diketahui, sebelum Kongres PDIP yang berlangsung 9-12 April di Bali menguat
wacana bahwa posisi Megawati Soekarnoputri bakal digeser. Salah satu orang yang
disebut bakal menggantikan adalah Presiden RI, Joko Widodo.
Namun,
hal itu dipastikan kandas. Sebab, Kongres keempat PDIP disebut akan menjadi
panggung untuk mengukuhkan Megawati kembali menjadi Ketum periode 2015-2020
mendatang. [rmol]