MARGAMULYA - Kopi yang dihasilkan dari lahan di kaki gunung
Malabar makin melebarkan sayapnya. Kopi Malabar yang sudah mendunia, yakni Kopi
Luwak yang menggunakan brand Golden Malabar, kini dijual di 9 negara.
Pemilik
Golden Malabar, Supriatna Dinuri, menjelaskan, kopi luwaknya sejauh ini sudah
sampai hingga benua Eropa, Amerika dan Asia. Di Asia, kopi luwaknya sudah
sampai di Taiwan, HongKong, Cina, Korea, Singapura, dan Jepang. "Taiwan,
Cina, Korea, masih belum bisa memenuhi semuanya," ujar Dinuri, Senin
(6/4).
Sementara,
di Eropa, yakni Jerman dan Republik Ceko yang selalu memesan kopi luwak dari
Malabar. Sedangkan di Amerika, yakni Kanada.
Di
lahan pertanian kopi di Kampung Pasirmulya, Desa Margamulya, Pangalengan, kata
dia, terdapat 167 petani kopi, yang tergabung dalam kelompok tani Rahayu Tani.
Jenis kopi di sana, arabika. Musim panennya, pada Mei, Juni, Juli dan Agustus.
Dinuri menjelaskan, saat musim panen itu, sebulannya bisa menghasilkan 400
kilogram kopi mentah yang siap disangrai (kopo greenbean). Jumlah tersebut
berasal dari 78 luwak yang berada di kandang. "400 kilo itu dari 78
luwak," kata dia.
Sementara,
di kebun, juga terdapat lagi 200 ekor luwak. Satu ekornya, dalam sehari itu
bisa memproduksi 15 gram kopi jenis greenbean. Total dalam sebulan dari 200
ekor itu, yakni bisa mencapai 900 kilogram kopi greenbean.
Namun,
Dinuri mengakui, di Maret dan April saat ini, tidak ada kopi yang bisa dipanen.
"Di Januari ada panen sedikit," kata dia.
Untuk
pemasaran di Indonesia sendiri, jelas dia, Kopi Golden Malabar biasa memasarkan
ke komunitas-komunitas pecinta kopi di Bandung, dan beberapa cafe di sana.
"Ada juga yang secara personal memesan langsung ke sini," ujar dia. [Republika]