Oleh Istanjoeng
Yakni mulai memakai busan-busana muslimah yang syar'i. Pembaca, memang dua
hari setelah pernikahan kami, Kak Arfan memberi hadiah yang di isi dalam karton
besar padaku. Semula aku mengira bahwa hadiah itu hanya alat-alat rumah tangga,
ternyata isinya adalah lima potong Jubah panjang berwarna gelap.
Lima
buah jilbab panjang sampai ke lutut
juga berwarna gelap, lima buah kaos kaki tebal
panjang berwarna hitam, dan lima pasang bahan seprei warna gelap
pulak, jujur saat membukanya sedikit aku
tersinggung, sebab yang ada dalam benakku, dan dalam bayangku. Bahwa inilah
konsekuensi menikah dengan Ustad.
Aku
mengira bahwa dia akan memaksakan aku untuk memakainya, ternyata dugaanku salah
sama sekali, sebab hadiah itu tidah pernah disentuhinya, atau ditanyainya, dan
kini aku mulai menggunakannya tanpa ada paksaan siapa pun.
Kukenakan
busana itu agar dia tau, bahwa aku mulai menganggapnya istimewa, bahkan kebiasaannya sebelum tidur, mengaji,
sudah mulai aku ikuti, kadang-kadang ceramahnya di mesjid sering aku ikuti, dan aku sering praktekkan di rumah.
Tetapi satu yang belum bisa kumengerti darinya.
Entah
mengapa, hingga memasuki 6 bulan akad pernikahan kami, dia tidak pernah menyentuh aku,
setiap masuk kamar, pasti sebelum tidur dia mengawali dengan membaca Ayat-ayat
Qur'an, mengaji, lalu tidur di atas hamparan permadani, di bawah ranjang, hingga dia jaga lagi pukul 3:00 Wit malam,
dan melaksanakan Sholat Tahajud.
Hingga
suatu saat Kak Arfan jatuh sakit tubuhnya demam, panasnya! Sangat?! tinggi. Aku
sendiri bingung bagaimana caranya untuk menanganinya, sebab Kak Arfan sendiri
tidak pernah menyentuhku.
Aku
hawatir Kak Arfan menolakku, bila aku menawar jasa untuk membantunya. Ya
Allah.. Apa.. Yang harus aku lakukan saat ini, aku ingin sekali meringankan
sakitnya, tetapi apa yang harus saya lakukan ya Allah... Aku bingung saat ini.
Pembaca
Nurani lintasatjeh.com
yang baik. Malam itu, aku tidur dalam
keadaan gelisah, aku tidak bisa tidur bila mendengar hembusan nafasnya, yang
seolah sesak. Kudengar Kak Arfan pun sering mengigau kecil, mungkin karena suhu panasnya yang tinggi,
sehingga Ia selalu mengigau.
Sementara
malam yang begitu dingin, disertai hujan yang sangat deras, kasian Kak Arfan.
Pasti dia sangat kedinginan saat itu, perlahan-lahan aku bangun dari
pembaringan, dan duduk kemudian menatapnya yang sedang tertidur pulas, perlahan
kupasang selimut yang sudah menjulur ke bawah, ingin
sekali untuk merebahkan diri disampingnya, atau sekedar mengompresnya dengan
air hangat.
Bersambung............