-->

Kisah Perjalanan Hidup Gadis Perguato Gorontalo [Bagian IV]

12 April, 2015, 09.02 WIB Last Updated 2015-04-12T02:03:10Z
Oleh Istanjoeng


Yakni mulai memakai busan-busana muslimah yang syar'i. Pembaca, memang dua hari setelah pernikahan kami, Kak Arfan memberi hadiah yang di isi dalam karton besar padaku. Semula aku mengira bahwa hadiah itu hanya alat-alat rumah tangga, ternyata isinya adalah lima potong Jubah panjang berwarna gelap.


Lima buah jilbab panjang sampai ke lutut juga berwarna gelap, lima buah kaos kaki tebal panjang berwarna hitam, dan lima pasang bahan seprei warna gelap pulak, jujur saat membukanya sedikit aku tersinggung, sebab yang ada dalam benakku, dan dalam bayangku. Bahwa inilah konsekuensi menikah dengan Ustad.

Aku mengira bahwa dia akan memaksakan aku untuk memakainya, ternyata dugaanku salah sama sekali, sebab hadiah itu tidah pernah disentuhinya, atau ditanyainya, dan kini aku mulai menggunakannya tanpa ada paksaan siapa pun.


Kukenakan busana itu agar dia tau, bahwa aku mulai menganggapnya istimewa, bahkan kebiasaannya sebelum tidur, mengaji, sudah mulai aku ikuti, kadang-kadang ceramahnya di mesjid sering aku ikuti, dan aku sering praktekkan di rumah. Tetapi satu yang belum bisa kumengerti darinya.

Entah mengapa, hingga memasuki 6 bulan akad pernikahan kami, dia tidak pernah menyentuh aku, setiap masuk kamar, pasti sebelum tidur dia mengawali dengan membaca Ayat-ayat Qur'an, mengaji, lalu tidur di atas hamparan permadani, di bawah ranjang, hingga dia jaga lagi pukul 3:00 Wit malam, dan melaksanakan Sholat Tahajud.

Hingga suatu saat Kak Arfan jatuh sakit tubuhnya demam, panasnya! Sangat?! tinggi. Aku sendiri bingung bagaimana caranya untuk menanganinya, sebab Kak Arfan sendiri tidak pernah menyentuhku.


Aku hawatir Kak Arfan menolakku, bila aku menawar jasa untuk membantunya. Ya Allah.. Apa.. Yang harus aku lakukan saat ini, aku ingin sekali meringankan sakitnya, tetapi apa yang harus saya lakukan ya Allah... Aku bingung saat ini.

Pembaca Nurani lintasatjeh.com yang baik. Malam itu, aku tidur dalam keadaan gelisah, aku tidak bisa tidur bila mendengar hembusan nafasnya, yang seolah sesak. Kudengar Kak Arfan pun sering mengigau kecil, mungkin karena suhu panasnya yang tinggi, sehingga Ia selalu mengigau.

Sementara malam yang begitu dingin, disertai hujan yang sangat deras, kasian Kak Arfan. Pasti dia sangat kedinginan saat itu, perlahan-lahan aku bangun dari pembaringan, dan duduk kemudian menatapnya yang sedang tertidur pulas, perlahan kupasang selimut yang sudah menjulur ke bawah, ingin sekali untuk merebahkan diri disampingnya, atau sekedar mengompresnya dengan air hangat.



Bersambung............
Komentar

Tampilkan

Terkini