BANDUNG - Enam puluh tahun lalu ketika negara-negara Asia
Afrika berkumpul di Bandung, Indonesia, untuk mengusung ide besar yang mengubah
tatanan dunia dengan satu seruan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa,
Palestina hadir di kota kembang itu.
Enam
puluh tahun berlalu dan kala masing-masing negara yang turut membahas Dasasila
Bandung bergerak maju, Palestina seakan diam di tempat apabila tidak bisa
dikatakan mundur. Bagi rakyat Palestina, kemerdekaan belum beranjak dari
harapan dan mimpi, yang seakan terkesan makin pelik dari waktu ke waktu.
Selaras
dengan cita-cita besar para pendahulu bahwa setiap manusia terlahir merdeka
maka tidak selayaknya juga rakyat Palestina masih mempertanyakan bumi tempat
mereka dipijak kala seluruh dunia telah sepakat jika penjajahan adalah suatu
hal yang tercela.
Oleh
karena itu, kiranya tidak berlebihan jika Pemerintah Indonesia selaku tuan
rumah peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika menjadikan isu kemerdekaan
Palestina sebagai salah satu agenda utama yang membutuhkan perhatian para
pemimpin Asia Afrika.
Pemerintah
Indonesia bahkan optimistis jika kemerdekaan Palestina bisa diakui oleh seluruh
dunia, khususnya negara-negara Asia Afrika setelah isu tersebut dibahas dalam
agenda utama peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika pada 18-24 April.
"Saya
yakin kemerdekaan Palestina akan diterima nanti. Jika negara-negara Asia Afrika
sudah mengakuinya, tentunya akan menjadi pendorong bagi negara lain untuk
memberi pengakuan," kata Direktur Kerja sama Teknik Kementerian Luar Negeri
RI Siti Nugraha Mauludiah
Siti
yang ditemui usai diskusi diplomatik bertema ?Strengthening South South
Cooperation to promote World Peace and Prosperity? yakin jika pengakuan
kemedekaan Palestina ini bisa terealisasi dengan berkaca pada pertemuan Kemitraan
Baru Asia Afrika (NAASP) 2008. [Republika]