-->

Cerita Anak Hasil Perkawinan Manusia dengan Jin

11 April, 2015, 12.03 WIB Last Updated 2015-04-11T05:03:48Z
BANTEN - Masyarakat Banten mengenal sebuah cerita rakyat yang mengisahkan seorang tokoh bernama Pangeran Aryadillah. Riwayat tokoh ini penuh dengan nuansa gaib, konon kabarnya Pangeran Aryadillah anak dari Maulana Hasanudin dari istri jin. Dia juga dikenal memiliki ilmu kesaktian yang tinggi atau kini dikenal dengan istilah jawara.

Dalam kehidupan nyata masyarakat Banten, keberadaan tokoh ini didukung oleh adanya dua makam di lokasi berbeda yang diyakini sebagai makam Pangeran Aryadillah. Makam pertama terletak di Banten dan yang satu lagi terdapat di Palembang.

Sampai saat ini pun meninggalnya Pangeran Aryadillah melahirkan silang pendapat. Sebagian masyarakat berkeyakinan bahwa Sang Pangeran  memang sudah meninggal, tetapi sebagian masyarakat yang lain menganggap bahwa Pangeran Aryadillah belum meninggal melainkan ngahyang ke alam gaib.

Menurut  Abas, penjaga makam,  Pangeran Aryadillah merupakan putra seorang raja di Banten. Akan tetapi, ia sendiri tidak tahu siapa ayahnya itu. Ia kemudian bercerita kepada Hasnudin. Setelah mendengar penuturan Pangeran Aryadillah, Hasnudin meminta dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya memang anak seorang Raja Banten. Hasnudin menyuruh Aryadillah merontok seluruh daun beringin dari pohonnya tanpa tersisa sehelai pun.

Aryadillah menyanggupi permintaan Hasnudin kemudian bertapa di bawah pohon beringin yang akan dirontokkan seluruh daunnya itu. Dalam pertapaannya itu, ia meminta bantuan kepada ibu dan kakeknya agar kesaktiannya bisa merontokkan seluruh daun pohon beringin itu.

Tidak lama kemudian, dengan kesaktian yang dimilikinya, pohon beringin itu ditiup oleh dirinya hingga seluruh daunnya rontok. Tidak ada daun yang rusak atau tertinggal di pohonnya walaupun hanya selembar.

“Setelah berhasil menjawab tantangan Hasanudin, Aryadillah akhirnya diakui sebagai anak Raja Banten dan namanya menjadi Pangeran Aryadillah,” ujar Abas.

Setelah dirinya diakui sebagai anak Raja Banten, Pangeran Aryadillah diberi tugas oleh ayahnya untuk mengusir semua dedemit yang ada di sekitar keraton. Setelah itu, ia pun pergi ke perairan Teluk Banten untuk melakukan tugas yang sama sehingga petilasannya sampai sekarang dikenal dengan sebutan Karang Hantu atau Karangantu.


Si Jambang, Jagoan Betawi yang Tewas di Tiang Gantungan

Karangantu ini bersebelahan dengan Selat Sunda, kemudian dibuat menjadi pelabuhan bernama pelabuhan Karangantu. Pada zaman dahulu tempat ini menjadi pusat perdagangan  kerajaan Banten. Sekarang kegiatan perdagangan itu masih aktif dengan adanya pasar ikan di Karangantu ini.

Setelah melewati Karangantu, terdapat juga bangunan tua, berbentuk Benteng yakni benteng Speelwijk, yang dulunya adalah bekas Benteng pertahanan belanda.

Selain  berhasil menaklukkan para dedemit, Pangeran Aryadillah pun berjasa dalam menaklukkan Prabu Pucuk Umun di Banten Girang dan  bersama-sama dengan Maulana Yusuf berhasil menghancurkan pusat kekuasaan Kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran.

Ketika Maulana Muhammad Nasrudin menjadi penguasa Banten, kesaktiannya diperlukan oleh sultan yang berencana hendak menyerang Palembang. Atas perintah Maulana Muhammad, ia berangkat ke Palembang untuk menaklukkan negeri tersebut. Akan tetapi, di tempat inilah pasukan yang dipimpinnya mengalami kekalahan hingga dirinya gugur.

“Karena kesaktian yang dimiliki oleh dirinya, sebenarnya Sang Pangeran tidaklah gugur melainkan menghilang dan masuk ke alam gaib. Sampai sekarang, tempat yang diyakini sebagai makam Sang Pangeran oleh sebagian masyarakat Banten selalu diziarahi untuk mendapatkan berkahnya,” katanya.

Menilik riwayat hidupnya yang memiliki kesaktian, maka sekarang banyak orang yang sedang menjalani ilmu kanuragan atau ilmu kebatinan berziarah ke makam Pangeran aryadillah.

Mereka bahkan ada yang sampai menginap berhari-hari menunggu “wangsit” dari sang pangeran. Tak heran jika berkunjung ke makam Aryadillah akan menemui peziarah yang tidur di kompleks makam. Ada juga yang berdzikir di depan makam semalam suntuk. [Viva]
Komentar

Tampilkan

Terkini