LHOKSUKON - Budayawan Aceh, Syamsuddin Jalil pun angkat bicara
terkait aksi kriminalitas yang kian meningkat khususnya di Aceh Utara hingga
tewasnya dua intel TNI Kodim 0103 Aceh Utara, beberapa pekan lalu.
Kata
pria yang akrab disapa Ayah Panton, bahwa terlepas dari apapun kasusnya yang
terpenting bagaimana upaya pemerintah Aceh untuk meniadakan kasus itu di Aceh
yaitu dengan mengkomunikasikan kembali yang mungkin ada hal-hal yang terputus untuk
perlu dirajut kembali dalam suatu keharmonisan.
“Karena
di harmoni itu akan tercipta kestabilan," ucapnya yang ditemui
lintasatjeh.com di kediamannya di Panton Labu, Tanah Jambo Aye, Aceh Utara,
Kamis (2/4/2015).
Tanpa
adanya keharmonisan menurut Ayah Panton tidak akan ada kestabilan. Harmoni itu
kalau dalam bahasa guyonnya mungkin "orang akan sependapat jika orang itu sama-sama
punya pendapatan". Jadi, artinya hari ini, kenapa orang menjadi tidak
logis karena "logistiknya kurang".
"Penuhi
dulu kebutuhan rakyat. Upayakan agar rakyat menjadi sejahtera dengan berbagai
metode, gak usah ganjil-ganjil atau macam-macam. Tapi kembali ke ajaran Indatu
(nenek moyang)," ujar Budayawan mengingatkan.
Lanjut
dia, kenapa Aceh menurutnya pada masa lalu berjaya, kenapa Aceh bisa agung,
dikenang dan dikenal oleh orang, karena Aceh punya metode. Dia menyebutkan
bahwa tanpa metode Aceh tempo dulu mustahil bisa begitu.
"Justru
Aceh tempo dulu itu ditiru orang, kenapa sekarang kita meniru orang lain, aneh
kan!," ungkap Ayah Panton.
Ayah
Panton juga mencontohkan kejayaan Aceh masa lalu itu sampai ditiru oleh negara Amerika.
Menurutnya ketika Amerika belum jadi apa-apa Aceh sudah dikenal. Selanjutnya ketika
Turki itu belum memiliki sebuah kekuasaan terbesar di dunia, negeri Pasai itu
sudah jaya. Ratusan tahun lalu Aceh ini ditiru orang. Brunai saja menggunakan kitab
Undang-undang Meukuta Alam pada zamannya raja Hasan ayahnya Hasanul Bulqiyah. Jika
mengulas balik sejarah menurut Ayah Panton bahwa Aceh tempo dulu dari segala
lini memiliki keunggulan yang luar biasa, tetapi dia menyayangkan mengapa yang
terjadi pada hari ini justru hal itu diabaikan dan seakan-akan itu tidak
bermakna.
Seharusnya,
pemerintah mengupayakan dengan cerdas dan mensiasati terhadap apa yang terjadi hari
ini. Karena dia meyakini masih banyak ruang-ruang yang bisa dilakukan untuk
mensejahterakan rakyat, bukanlah memperjuangkan hal yang menurut rakyat belum
begitu penting. Dia pun khawatir jika kesejahteraan rakyat diabaikan maka
rakyat akan semakin jauh dari nilai-nilai ke-Islamannya.
"Seperti
firman Tuhan yang menyebutkan kemiskinan itu mendekati kufur. Jadi hari ini
terbukti dengan sebungkus mie instan mereka mau menukar agama," katanya. [pin]