JAKARTA - Usul agar Presiden Joko Widodo mereshuffle Kabinet
Kerja terus disuarakan.
Labor
Institute Indonesia mencatat menteri yang harus dicopot antara lain Menaker
Hanif Dakhiri, Menteri BUMN Rini Sumarno, Menteri ESDM Sudirman Said dan
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
"Mereka
tidak profesional menjalankan tugas memimpin kementerian," kata analis
ekonomi dan politik Labor Institute Indonesia, Andy William Sinaga dalam
keterangannya, Selasa (21/4).
Indikator
ketidakprofesionalan Menaker Hanif Dhakiri ditunjukkan dari tidak cakapnya dia
dalam mengatur tata laksana dan perlindungan tenaga kerja Indonesia (TKI) di
luar negeri.
Hanif
gagal mencegah hukuman mati bagi TKI di Arab Saudi. Hanif juga terbukti telah
gagal menjalankan program 'Tri Layak' yang pernah diusung oleh Jokowi ketika
kampanye Pilpres di depan para buruh, yaitu hidup layah, upah layak, dan kerja
layak.
"Selain
itu, grafik konflik hubungan industrial di Indonesia masih cukup tinggi seperti
anti serikat buruh, konflik pengupahan, dan sistem kerja alih daya atau
outsourcing," papar Andy.
Sementara
itu, Menteri Sudirman Said layak dicopot karena kebijakan yang dibuatnya tidak
membela kepentingan rakyat. Terbaru, dia mengusulkan kepada Presiden Jokowi
untuk mengeluarkan Perpu Minerba terutama berisi pembatalan atas kewajiban
perusahaan tambang membangun smelter yang justru dapat menyerap tenaga kerja.
"Dia
juga terbukti tidak mampu menjelaskan kepada masyarakat tentang kenaikan harga
BBM sebanyak dua kali, sehingga beban ekonomi masyarakat semakin berat,"
imbuh Andy.
Kemudian
menteri yang kurang profesional sehingga harus dicopot adalah Menteri BUMN Rini
Soemarno. Enam bulan menjabat sebagai menteri, tidak ada terobosan yang
dilakukan oleh Rini terhadap pengembangan BUMN menjadi BUMN yang lebih
profesional.
Alih-alih
itu, Menteri Rini malah melakukan politisasi terhadap perusahaan pelat merah
papan atas terbukti dengan menempatkan politikus partai dan orang yang tidak
memiliki pemahaman mumpuni sebagai komisaris di sejumlah BUMN.
Kasus
penarikan 1300 traktor dari petani di Ponorogo, Jawa Timur jadi bukti
ketidakprofesionalan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Meskipun
beberapa hari setelah penarikan traktor-traktor tersebut kembali diserahkan
kepada para petani, namun hal itu dilakukan setelah meluasnya kritik dari
publik karena sebelumnya sudah diserah terimakan oleh Presiden Jokowi.
"Kejadian
ini mengesankan Menteri Pertanian tidak profesional dalam mengatur anak
buahnya," imbuh dia.
Dikatakan,
saat ini Jokowi layak melakukaan evaluasi terhadap para menterinya. Menteri
berapor merah harus diganti.
"Dengan
begitu menteri-menteri di kabinet kerja adalah menteri-menteri yang berbobot
dan sebagai "dream team" dalam mendukung program Nawa Cita,"
tukas Andy. [rmol]