ACEH TIMUR - Bangunan itu berdiri megah di tengah hutan belukar yang mengelilinginya. Seyogyanya tempat itu merupakan bangunan yang diidamkan masyarakat untuk melayani kesehatan warga apabila dibutuhkan. Namun sudah dua tahun, bangunan itu dibiarkan begitu saja tanpa ada kejelasan penyelesaikan pengerjaannya meski pembangunan Puskesdes sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat di pedalaman Kabupaten Aceh Timur.
Ironis memang, ditengah gencarnya pembangunan infrastruktur dimana proyek yang anggarannya menghabiskan hampir ratusan juta rupiah, tapi dibiarkan saja terbengkalai di Aceh Timur. Seperti gedung Puskesdes yang dibiarkan lapuk di tengah hutan di Desa Bukit Seuleumak, Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur.
Kondisi Puskesdes Bukit Seuleumak atau Puskesdes di berbagai kabupaten/kota di Aceh, mungkin mengalami hal serupa. Dimana proyeknya terbengkalai, ditelantarkan, atau tidak difungsikan, dan sangat yakin bertaburan jumlahnya. Anggarannya juga tak main-main, ada yang bernilai puluhan juta, ada pula yang mencapai puluhan miliar rupiah, jelas ini sangat disayangkan pembangunannya.
Aceh mengalami peningkatan penerimaan anggaran yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Sumber dana Aceh yang besar itu akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Sejak tahun 1999, penerimaan daerah yang dikelola pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Aceh meningkat tajam.
Jika plafon APBA tahun 2010 sebesar Rp 7,64 triliun, kini di tahun 2015 meningkat drastis hingga Rp 12,7 triliun. Faktor pendukung lonjakan ini, antara lain, pemberlakuan Otonomi Khusus (Otsus) mulai tahun 2002 dan peningkatan Dana Alokasi Umum (DAU) yang luar biasa di tahun 2006.
Namun, keberkahan rezeki ini tidak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Lihat saja, angka kemiskinan rata-rata di Aceh masih di atas angka rata-rata nasional. Dengan uang yang berlimpah, sejumlah kepala daerah malah berlomba-lomba membuat proyek prestisius dengan anggaran puluhan miliar rupiah.
Akan tetapi, ide-ide besar itu sering gagal dalam tahap implementasi karena ada beragam penyebab proyek terbengkalai atau tak difungsikan, antara lain, karena tidak rampung lantaran kehabisan dana, timbul permasalahan hukum, pemilihan lokasi yang tidak tepat, hingga keengganan para pejabat baru melanjutkan program pejabat lama. Sejatinya, proyek-proyek tersebut dibangun tanpa perencanaan yang matang. Kebijakan sering berubah ketika berganti pucuk pimpinan daerah.
"Terkait hal tersebut, kami sangat berharap kepada Pemerintah Aceh Timur agar dapat segera menyelesaikan pembangunan. Puskesdes di desa kami, mengingat masyarakat disini sangat membutuhkan. Coba bayangkan kalau masyarakat sakit harus turun ke Bayeun dan menempuh jalan belasan kilometer untuk berobat," demikian dikatakan Pj. Geuchik Bukit Seuleumak, Amir kepada lintasatjeh.com, Rabu (25/3).
"Bangunan ini dimulai pengerjaannya pada tahun 2013 lalu sampai sekarang ya seperti ini, terbengkalai dan sudah semak menjadi hutan, kami tidak tahu berapa dana, sumber dana, dan pelaksananya," terangnya.
"Mau siapapun dia, kami atas nama masyarakat meminta kepada Bupati agar segera menyelesaikan bangunan Puskesdes di desa kami yang ada di pedalaman," pinta Amir penuh harap.[ar]