BANDA
ACEH - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD–RI) asal Aceh Rafli Kande
melaksanakan diskusi terkait pembangunan Aceh dengan Forum Paguyuban Mahasiswa
Pemuda Aceh (FPMPA) di kantor perwakilan DPD-RI di kompleks Safiatuddin, Senin, (23/3).
Pada pembukaan diskusi tersebut ketua FPMPA, Mufied Alkamal
menjelaskan tentang keberadaan FPMPA sebagai wadah bersama yang dibentuk oleh
Paguyuban Kabupaten/Kota yang ada di Aceh.
Dalam diskusi yang dihadiri oleh
paguyuban kabupaten/kota yang ada di Aceh tersebut Rafli kande memaparkan
segenap tugas, tanggung jawab dan wewenangnya serta aktivitasnya selama sekitar
7 bulan menjabat sebagai anggota komite II DPD-RI yang membidangi terkait
sumber daya alam dan ekonomi.
Rafli
mengungkapkan untuk membangun Aceh dibutuhkan kekuatan bersama baik dari
pemerintah tingkat kabupaten/kota, pemerintah Aceh maupun perwakilan Aceh ke tingkat nasional,
begitupula tak kalah penting halnya keterlibatan pemuda dan mahasiswa yang
merupakan controler pemerintahan.Untuk
itu, perlu diciptakan komunikasi yang baik demi masa depan Aceh. Dalam hal ini,
kita senantiasa menyampaikan segenap aspirasi dan persoalan Aceh ketika rapat
dengar pendapat dengan menteri-menteri. Tinggal lagi bagaimana pemerintah
daerah memfollow up hal tersebut, disini dibutuhkan komunikasi multi pihak yang
koperatif, ungkapnya.
Dalam
pertemuan tersebut Rafli juga mengajak paguyuban untuk terus mengawasi
perkebunan dan pertambangan yang ada di Aceh. Jika tidak memberi manfaat yang
real kepada masyarakat maka lakukan moratorium saja. Selain itu, saat
ditanyakan terkait realisasi turunan UUPA, Rafli mengatakan perlu kekompakan
dan keikhlasan dari berbagai pihak. Tidak hanya sebatas pencitraan semata.
Di
akhir diskusi tersebut Rafli berharap agar ke depan FPMPA terus menjadi
organisasi yang idealis dalam menjalankan tugasnya sebagai fungsi kontrol
pemerintah. Setiap gerakan harus memiliki muatan politik yang berorientesi
kepada kemaslahatan rakyat, jangan sampai dikontaminasi oleh kepentingan
politik sekelompok orang. Kita juga sedih dan prihatin atas kisruh terjadi pada
saat kongres BEM se-Aceh di Meulaboh, kita berharap ini dapat segera
dituntaskan dan tidak lagi dipolitisir, biarkan organisasi mahasiswa berjalan
pada khittahnya, tutup Rafli. [01]