JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu
berharap kasus pembunuhan dua anggota TNI di Aceh Utara tak terulang. Menhan
pun berharap jangan sampai ada lagi Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh
seperti yang terjadi pada awal 1990-an hingga 1998 silam.
"Jangan
ada DOM lagi lah. Nanti gimana nasib masyarakat sipil?" kata Ryamizard
saat ditemui di Kedubes Singapura, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis
(26/3/2015).
Menhan
bahkan menyalahkan Kodim Aceh Utara karena dianggap kecolongan atas peristiwa
sadis yang menimpa dua anggota TNI unit Intel Kodim 0103 Aceh Utara itu.
"Itu kita salahkan juga yang namanya Kodim. Itu tidak boleh terjadi lagi
ke depan," tuturnya.
Menhan
pun mengimbau prajurit TNI untuk selalu waspada saat bertugas dalam kondisi apa
pun. Waspada menurut Menhan yakni tidak berarti menakuti warga.
"Ya,
tentara harus menjadikan keamanan nomor satu. Harus waspada juga, dimana-mana
kita harus waspada. Waspadanya bukan berati menakut-nakuti ya," tandasnya.
Hingga
kini, tim operasi gabungan dari TNI dan Polri masih terus mencari dalang pelaku
pembunuhan dua anggota Intel Kodim Aceh Utara, Serda Indra dan Sertu
Hendrianto. Sebanyak 400 personil TNI dikerahkan untuk mencari pelaku yang
diduga kelompok sipil bersenjata.
Seperti
diketahui, dua anggota TNI Serda Indra dan Sertu Hendrianto dikabarkan hilang
diculik pada 23 Maret lalu oleh kelompok sipil bersenjata. Keduanya ditemukan
pada keesokan harinya, Selasa 24 Maret, dalam kondisi tewas mengenaskan di Desa
Bate, Lhokseumawe. Jasad keduanya ditemukan dalam keadaan telungkup dengan
tangan terikat ke belakang dan nyaris tanpa pakaian.
Belasan
selongsong peluru senapan AK-47 dan tiga butir peluru senapan M-16 juga
terdapat di sekitar korban. Melihat luka tembak di tubuh keduanya, korban
diduga ditembak mati dengan cara diberondong dari jarak dekat. [Metrotvnews]