LHOKSEUMAWE - Warga dari berbagai daerah ramai-ramai mengunjungi
tempat wisata Bukit Goa Jepang di Desa Blang Lancang, Muara Satu, Lhokseumawe,
Minggu (15/3/2015).
Pengunjung
rata-rata muda-mudi dari Aceh Utara dan Lhokseumawe yang membawa pasangannya.
Dari
pantauan lintasatjeh.com, untuk menempuh lokasi, pengunjung mesti berjalan kaki
sejauh satu kilometer. Para pengunjung mesti berjalan kaki melewati jalur
perbukitan, ditambah lagi akses yang semak belukar. Meskipun demikian, para
pengunjung tetap menempuh jalur tersebut untuk sampai ditempat yang dituju.
Bagi
yang membawa kenderaannya, pengunjung diminta untuk membayar tarif parkir Rp
5.000 oleh petugas parkir. Kemudian, untuk masuk kedalam gua jepang, pengunjung
juga diminta tiket masuk seharga Rp 2.000 untuk satu orang. Walhasil,
pengunjung pun malah ramai masuk ke dalam goa yang sangat gelap gulita itu.
Salah
seorang pengunjung yang mengaku berasal dari Jeunib, Bieureun, Yusriadi (25),
mengatakan, ia sudah lama penasaran tentang kabar gua jepang dan akhirnya iapun
sampai ditujuan bersama pasanganya.
“Sudah lama penasaran
dengan kabar goa jepang. Akhirnya saya sampai juga di tempat ini,”
ucapnya senang.
Perlu
diketahui, Goa Jepang merupakan sebuah situs sejarah peninggalan masa
penjajahan Jepang yang dibangun melalui kerja paksa. Letaknya di atas bukit
Desa Blang Payang, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, atau berjarak sekitar dua
kilomter dari pusat kota.
Di
lokasi yang memiliki ketinggian maksimal 88 meter dari permukan air laut
tersebut bukan hanya menyajikan situs sejarah saja, tapi akan mampu
menyungguhkan kesejukan udara perbukitan, plus pemandangan indah bagi
pengunjung dari pagi hingga malam hari.
Dimana
para pengunjung akan bisa menikmati hamparan Selat Malaka, serta tangki-tangki
LNG bekas PT Arun, disamping bisa masuk langsung ke Goa Jepang.
Dari
berbagai potensi ini, maka Pemerintah Kota Lhokseumawe melalui Dinas
Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata setempat, mulai membenah lokasi tersebut
sejak tahun 2013 hingga sekarang.
Makanya
di lokasi ini, kini sudah tersedia berbagai sarana, seperti teras pandang bagi
masyarakat yang ingin menikmati pemandangan luas, kantin, MCK, tempat bersantai
dan sejumlah sarana pendukung lainnya yang semuanya dikemas mirip taman. [Chaisya Malda]