JAKARTA - Demam batu akik tengah melanda Tanah Air. Batu ini
diburu mulai tengah belantara hingga tengah kota. Dijualbelikan dari pinggir
jalan hingga mal-mal mewah Ibukota.
Namun,
ada sebuah kekhawatiran. Para pemakai batu akik akan jatuh ke dalam kemusyrikan
Apalagi di tengah masyarakat masih banyak yang memelihara kepercayaan terhadap
benda-benda mati.
“Mereka menganggap
benda mati tertentu memiliki kekuatan atau keistimewaan sehingga bisa dijadikan
sebagai jimat atau senjata,” kata anggota Komisi
X DPR, Surahman Hidayat, saat menjadi pembicara dalam bedah buku “Teladan
Muhammad” di Istora Senayan, Kamis 5 Maret 2015.
“Padahal, kepercayaan
seperti ini hanyalah bersumber dari khurafat (tahayul), khayalan, dan
halusinasi semata,” tambah dia.
Menurut
Surahman, memakai batu akik sebagai perhiasan sebenarnya diperbolehkan. Namun,
adanya keyakinan seperti itu sangat rawan terjadinya kemusyrikan. “Sudah
kuatkah akidah kita untuk menghapus perihal dugaan yang berbau khurafat dalam
batu akik yang mampu menggeser ketauhidan kita,”
tambah dia.
Selain
itu, tambah dia, memakai batu akik menimbulkan sifat keangkuhan. Terlebih lagi
di zaman sekarang, memakai batu cincin hanya untuk gengsi. Sehingga cenderung
ke arag pamer atau riya.
Nabi
Muhammad, kata Surahman, sempat mengenakan batu cincin di jari kanannya hanya
sebagai hiasan dan stempel. Namun Rasulullah juga pernah melepaskan cincin itu
ketika manusia –pada saat itu– menyalahgunakan
cincin-cincin yang mereka buat.
“Ingat setan tidak
akan pernah menyerah untuk menggoda dan menggeser akidah manusia dengan
menyisipkan nilai-nilai syirik sehalus apa pun,”
kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Mahkamah Kehormatan DPR ini. [Dream]