JAKARTA - Pengamat Perminyakan Maizar Rahman mengatakan,
pergerakan harga minyak dunia saat ini memang sulit diprediksi. Sebab, selain
faktor fundamental, banyak juga faktor non fundamental yang ikut berpengaruh.
Salah satunya adalah spekulan.
“Terutama spekulan
minyak kertas (transaksi di pasar berjangka atau futures, Red),”
terang Maizar pada Jawa Pos (induk JPNN).
Mantan
Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) itu
menyebut, anjloknya harga minyak dalam empat bulan terakhir memang diproyeksi
tidak akan berlangsung lama. Sebab, harga di kisaran USD 50 per barel ini sudah
berada di bawah harga keekonomian shale oil maupun renewable energy lainnya.
Karena
itu, ketika harga minyak terus berada di level rendah, banyak proyek
pengembangan shale oil di Amerika Serikat yang kini dihentikan. Sehingga, ke
depan, suplai minyak dunia dari shale oil akan turun. “Kalau
supply sudah turun, harga pasti naik,” tambah Maizar.
Sebagai
gambaran, Kamis lalu harga minyak jenis light sweet yang diperdagangkan di
Amerika mencatat kenaikan signifikan sebesar USD 1,71 atau 3,5 persen ke level
USD 50,99 per barel. Adapun minyak jenis Brent yang banyak diperdagangkan di
Eropa mencatat kenaikan USD 2,97 atau 5,1 persen ke level USD 61,63 per barel.
Maizar
memprediksi, rata-rata harga minyak sepanjang tahun ini akan kembali naik ke
kisaran USD 70 per barel. Alasannya, karena harga USD 50 per barel sudah berada
di bawah harga pokok produksi minyak beberapa anggota OPEC. Karena itu, OPEC
dipastikan tidak ingin lama-lama menahan rugi dan berpotensi mengurangi
produksi untuk menaikkan harga.
“Juni nanti, OPEC akan
sidang lagi. Kalau saat itu harga masih rendah, besar kemungkinan mereka akan
memangkas produksi,” tambah Maizar.
Harga
tersebut, lanjut dia, berpotensi untuk merangkak naik di 2016. Seiring
membaiknya perekonomian dunia, permintaan minyak akan kembali naik, sehingga
harga minyak diperkirakan bergerak ke kisaran USD 75 - 80 per barel.
“Konsekuensinya bagi
Indonesia, harga BBM yang dipatok berdasar harga pasar bisa naik lagi lebih
tinggi, apalagi jika ditambah dengan pelemahan rupiah,”
tegas Maizar. [jpnn]