BANDA ACEH - Kasus terbunuhnya dua orang anggota TNI unit intelijen
Komando Distrik Militer 0103, Sertu Indra dan Serda Hendrianto, ditemukan tewas
Selasa (24/03). Kejadian terjadi di Desa Bate Pilah, Kecamatan Nisam Antara
Aceh Utara.
Pengamat
Politik dan Keamanan Aceh, Aryos Nivada, menilai kejadian di Nisam harus diprioritaskan
pengamanan kewilayahan. Karena wilayah Aceh Utara salah satu kabupaten yang
ekskalasi kriminalitasnya cenderung terjadi selalu.
Menurut
Penulis buku Wajah Politik dan Keamanan Aceh ini, kebiasaan penegakan hukum
dalam mengungkapkan kasus pembunuhan bermuatan politis tidak sampai berujung
pada aktor intelektualnya, apalagi kasus tertembaknya anggota TNI menuntut
Polda Aceh cepat bertindak sebelum pelaku lari ataupun tidak terdekteksi
nantinya.
"Keberanian
polisi menjadi pertaruhan serius atas kasus tersebut. Jangan takut diintervensi institusi vertikal lainnya, jikalau membantu dalam pengungkapan dan
penuntasan kasus tersebut," tukas Aryos.
Polda
Aceh harus terbuka (transparan) mengungkapkan motif terbunuhnya kedua korban
tersebut. Jika cenderung ditutupi berefek kepercayaan masyarakat semakin
menurun kepada institusi penegak hukum tersebut.
Jika
menggunakan motif umum terbagi ke dalam ekonomi, ideologi, personal. Tinggal di
telusuri motif mana yang sesuai fakta-fakta investigasi di lapangan. Secara
logis motifnya lebih mengarah kepada ekonomi dan personal.
Berbicara
pelaku adalah pemain baru yang muncul secara alamiah karena kedua motif itu.
Sejalan dengan pernyataan dari Din Abu Minimi, dimana membantah terlibat kasus
pembunuhan dua anggota intel Distrik Militer 0103 melalui berbagai media.
Pandangan
lain, tambah Aryos, dirinya ingin menyampaikan maraknya meningkatan
kriminalitas karena faktor lemahnya pemerintah memberikan akses kesejahteran
bagi masyarakat maupun kelompok tertentu. Apalagi baru-baru ini media lokal
terbesar di Aceh memberitakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tidak
berjalan sesuai rencana.