JAKARTA - Politikus senior Golkar Akbar Tandjung prihatin dengan
kondisi Golkar yang kini terpecah belah. Dia menyerukan segera dilakukan
rekonsiliasi. Jika tidak, Akbar khawatir Golkar jadi partai gurem.
"Perlu
dicatat, 2014 Golkar dengan 91 kursi, 2009 dapat 106 kursi, kami pernah menang
2004 dengan 128 kursi. Bayangkan kalau nanti kami pilkada nggak ada Partai
Golkar, saya bayangkan perolehan kursi nanti di Pemilu 2019 cuma separuh dari
2014. Bisa cuma 40-an kursi. Dengan demikian, Golkar bisa jadi partai papan tengah,
bahkan papan bawah," kata Akbar usai menghadiri peresmian gedung tertinggi
di Indonesia, Sahid Sudirman Center, Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Sabtu
(14/3/2015).
Akbar
merasa prihatin dengan kondisi Golkar saat ini. Mantan ketum Golkar ini
mengenang kepemimpinannya yang sukses membawa partai beringin jadi partai nomor
wahid di Pemilu 2004.
"Ini
membuat keprihatinan saya yang pernah memimpin Golkar di saat yang amat berat
pada '98-'99, di mana tekanan pada Golkar begitu gencar, juga perusakan aset Golkar.
Belum lagi kader Golkar dikejar-kejar, itu saya alami," papar Akbar.
Akbar
juga mengenang kegagalannya mempertahankan kursi ketum karena dikalahkan oleh
JK. Dia berharap pengurus Golkar saat ini bisa mengambil pelajaran dari
peristiwa itu.
"Kita
juga harus berikan pelajaran politik pada masyarakat. Waktu munas terpilihnya
JK, saya kalah, tapi saya tak mempersoalkan. Walaupun kalau mau bisa. Tapi
karena sudah terpilih ya sudahlah, itu kan suara Golkar," tutur Akbar. [Detik]