BANDA ACEH - Achehness Australia Association (AAA) mengecam keras aksi penculikan terhadap mantan Panglima Muda Pase yang dilakukan OTK. Selain itu AAA juga mengutuk aksi penculikan dan pembunuhan sadis terhadap dua aparat TNI yang sedang menjalankan tugasnya.
Situasi mencekam yang mulai muncul, dengan terjadinya kasus penculikan terhadap mantan Panglima Muda Pase dan anggota TNI, sangat jelas Aceh berpotensi back to basic dalam suasana konflik. Kami menilai penculikan tersebut awal dari pembuatan film baru, dimana aktor-aktornya pernah bermain film semasa konflik dan sekarang kembali membuat film baru dengan cara-cara yang tidak manusiawi.
"Inilah realita sekarang, kondisi masyarakat sangat memprihatinkan di segala aspek kehidupan. Rakyat terabaikan karena terjadi disharmonisasi di segala lini, baik di lingkungan masyarakat/mantan TNA ditengah politisi maupun di lingkungan Muspida itu sendiri tidak komunikatif satu sama lain. Kemudian yang sangat memalukan, kondisi kenyamanan hidup rakyat semakin terusik, keamanan rakyat mulai tidak terjamin di Aceh," demikian kata Ketua AAA Tgk. Sufaini Syekhy kepada lintasatjeh.com melalui telepon selularnya, Selasa (24/3).
Katanya, ternyata setelah terjadi kesepakatan damai antara GAM vs RI, rakyat Aceh semakin hilang karakter sebagai bangsa yang kuat, berani, bersatu dan idealis, justru kini berubah drastis menjadi bangsa lemah, pengecut dan pecundang. Setelah 11 tahun MoU Helsinki berlangsung, hingga saat ini rakyat Aceh semakin terlihat seperti anak ayam kehilangan induknya, seperti ayam mati di lumbung padi, seperti prajurit kalah sebelum berperang, rakyat Aceh seperti jadi penakut, bak anak kecil takut hantu (takot keu maop), kok bisa terjadi seperti itu?
"Kondisi Aceh pasca perdamaian antara GAM vs Indonesia, dan khususnya dibawah penguasa ZIKIR, saat ini Aceh krisis multi dimensi dimana terjadi krisis ekonomi, krisis adat dan budaya, krisis hukum, krisis tokoh, krisis ideologi, krisis politik, krisis kedamaian. Imbasnya, rakyat darurat kemiskinan dan akhirnya tidak sedikit yang terlibat aksi kriminalitas. Mengerikan!" ujar Tgk. Syekhy.
"Aksi-aksi tidak bertanggung jawab seperti ini juga tidak bisa ditolerir. Siapapun pelakunya, tidak mencerminkan sebagai rakyat Aceh yang berjuluk sebagai serambi Mekkah. Perilaku ini jauh dari nilai-nilai Ke-Islaman dan bisa merusak perdamaian," kecamnya.
Masih kata Syekhy, penculikan demi penculikan mungkin saja akan terus berlangsung, bisa saja sasaran selanjutnya ke mantan-mantan petinggi GAM setingkat Panglima/Gubernur/keluarga Gubernur/Wagub/kroni-kroninya, ketua DPRA, SKPA, atau siapapun.
"Tindakan itu bisa dilakukan oleh siapapun, ini yang harus diwaspadai dan dicegah agar tidak banyak timbul korban lagi. Mari kita sama-sama kita jaga perdamaian Aceh," kata Mantan Aktivis GAM Australia ini seraya mengatakan bahwa Pemerintah ZIKIR harus bertanggung jawab dengan kejadian ini.
"Aceh semakin hari semakin kacau balau, dengan kembali munculnya reaksi keras dari mantan TNA di seluruh wilayah dan tuntutan masyarakat atas janji-janji ZIKIR yang semakin jauh dari harapan. Seharusnya ZIKIR bisa lebih mementingkan para mantan TNA dan rakyat Aceh baik secara ekonomi maupun keamanannya sehingga kesejahteraan bukan hanya dinikmati para pejabat yang berwatak korup saja," demikian pungkas Tgk. Sufaini Usman Syekhy diujung selularnya. [ar]