LHOKSUKON - Seluas 501 hektar (Ha) tanaman padi di Kecamatan
Baktiya Barat, Aceh Utara terancam mati kekeringan karena tidak adanya saluran
irigasi. Petani juga kesulitan mencari pupuk bersubsidi.
Kepada lintasatjeh.com, Jum'at (13/2),
kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Baktiya Barat, Marzuki, membenarkan
bahwa seluas 501 hektar tanaman padi mengalami kekeringan dan terancam mati
akibat tidak adanya saluran air irigasi.
Dia menyebutkan, luas sawah di kecamatan
Baktiya Barat yaitu 2.572 hektar.
Sedangkan 501 hektar adalah sawah tadah hujan. Kata di, untuk 501 hektar sawah
tidak dibangun irigasi karena tidak ada sumber air mengingat dekat dengan
daerah pesisir.
Sawah
tadah hujan tersebut terdapat di beberapa desa di Baktiya Barat, diantaranya,
Desa Matang Kelayu, Matang Panyang, Menasah manyang, dan Desa Matang Hu. Menurutnya, petani
di kawasan itu kerap mengalami gagal
tanam karena kekeringan. Bahkan, padi yang ditanam pada awal 2015 juga terancam
gagal tanam karena kekeringan.
Selain
itu penyebabnya, tempat penampungan air pompanisasi di desa Matang Paya, Kecamatan
Baktiya jebol sebelum difungsikan sehingga masyarakat sangat membutuhkan air
untuk sawah mereka.
"Pompanisasi itu jebol saat diresmikan oleh Bupati Aceh Utara, Muhammad Thaib
beberapa waktu lalu. Jika tempat penampungan ir itu dapat difungsikan diperkirakan
dapat dialiri beberapa hektar sawah," terangnya.
Sementara
salah seorang petani, Yus Adi (39) mengatakan, tanaman padi miliknya sudah
mulai layu karena tidak ada air, jika hujan tidak turun dalam beberapa hari ke depan
diperkirakan tanaman padi mereka akan mati.
"Kami
cuma bisa mengharap air hujan, jika hujan tidak turun dalam beberapa hari
kedepan tanaman padi akan layu, jika sudah bengini petani memotong padi yang
sudah ditanam itu untuk pakan ternak mereka," ujarnya.
Sementara
tanaman padi milik petani di Aceh Utara yang ditanam pada awal 2015 itu saat
ini perlu dipupuk, namun petani mengaku sulit mendapatkan pupuk urea. Jikapun
ada pupuk urea subsidi pada pengecer, kami harus membelinya seharga Rp130 ribu
per sak. Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk Urea subsidi Rp90 ribu per
sak. [01]