Ist. |
LHOKSUKON - Kecaman terhadap PM Australia Tony Abbott terus
berdatangan yang mengungkit masalah bantuan Australia terhadap bencana tsunami
di Aceh.
Pernyataan
PM Australia itu agar Presiden Jokowi memberikan grasi terhadap dua narapidana
kasus narkoba sindikat Bali Nine, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan.
"PM
Australia terlalu kekanak-kanakkan dalam menyikapi masalah eksekusi mati
terhadap dua warganya," demikian dikatakan Manager Hukum LSM Kemilau
Cahaya Bangsa Indonesia (KCBI) Aceh, Hidayatul Akbar, SH, kepada
lintasatjeh.com, Sabtu (21/2).
Hidayatul
Akbar menambahkan, Abbott memiliki komunikasi diplomasi yang sangat buruk,
seharusnya dia tidak perlu mengaitkan bantuan Australia kepada Indonesia pasca
tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 silam, karena saat itu tidak ada
satupun masyarakat Aceh yang meminta belaskasihan dari mereka (Australia),
bantuan itu murni inisiatif kepedulian sosial mereka sebagai negara sahabat.
Menurutnya,
pernyataan itu sangat memalukan keluar dari mulut seorang Perdana Mentri. Apa
karena mereka telah membantu Indonesia, kemudian warganya bisa seenaknya
merusak generasi penerus bangsa ini dengan mengedarkan barang yang diharamkan
di negeri ini?
"Indonesia
punya hukum jadi tolong hargai hukum yang berlaku di negeri kami,”
tandas Hidayat.
Sebelumnya,
sejumlah media menginformasikan Perdana Menteri Australia Tony Abbott, mendesak
Indonesia untuk mengingat kontribusi besar Canberra dalam bantuan setelah
tsunami dahsyat tahun 2004 dan membayar kemurahan hati itu dengan membatalkan
eksekusi dua warganya yang divonis mati dalam kasus perdagangan narkoba di
Bali.
Indonesia
telah menegaskan bahwa Andrew Chan (31 tahun) dan Myuran Sukumaran (33 tahun),
pemimpin kelompok perdagangan narkoba yang disebut Bali Nine, akan berada di
antara kelompok narapidana berikutnya yang akan menghadapi regu tembak.
Namun,
pihak Indonesia masih tutup mulut tentang kapan eksekusi akan berlangsung dan
narapidana asing mana saja yang akan bergabung dengan dua warga Australia itu.
Abbott
mengatakan, dalam meningkatkan tekanan terhadap Jakarta, ia terus berusaha
"menjadi suara pribadi yang terkuat" kepada Presiden Indonesia Joko
Widodo dan memperingatkan bahwa dirinya akan merasa "sangat sedih"
jika permintaannya untuk membatalkan eksekusi itu diabaikan.
"Australia
telah mengirim bantuan miliaran dollar," katanya, merujuk pada bencana
tsunami yang menewaskan 220.000 orang di 14 negara. Dari jumlah itu, hampir
170.000 orang berasal dari Indonesia.
"Kami
mengirim sebuah kontingen besar angkatan bersenjata kami untuk membantu di
Indonesia dengan bantuan kemanusiaan. Saya ingin mengatakan kepada rakyat
Indonesia dan Pemerintah Indonesia, kami di Australia selalu ada untuk membantu
kalian dan kami berharap bahwa kalian mungkin bisa membalas dengan cara ini
pada saat ini."
"Kami
akan membuat ketidaksenangan kami diketahui. Kami akan membuat rakyat Indonesia
tahu bahwa kami merasa sangat kecewa," kata Abbott ketika ditanya apa yang
akan terjadi jika eksekusi tetap berlangsung.
"Saya
tidak ingin memberikan penilaian yang buruk terhadap hubungan terbaik dengan
seorang teman dan tetangga yang sangat penting."
"Namun,
saya harus mengatakan, kami tidak bisa mengabaikan hal seperti ini begitu saja
jika usaha yang kami lakukan diabaikan oleh Indonesia." [01]