-->

Irwandi Yusuf: Kenapa Rakyat Berubah Jadi Komunitas Emosional?

21 Februari, 2015, 12.12 WIB Last Updated 2015-02-21T05:56:27Z
BANDA ACEH - Pernyataan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott yang menyinggung bantuan tsunami untuk Aceh, dikomentari beragam dari beberapa tokoh Aceh, bahkan aksi penggalangan #Koinuntuk Australia ramai direspon oleh beberapa elemen masyarakat.

Mantan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf turut berkomentar menantang penggagas gerakan #KoinUntukAustralia untuk dapat mengumpulkan koin uang recehan senilai Rp 13 triliun. Ia pun menilai gerakan kembalikan bantuan dari Australia hanyalah aksi emosional saja.

"Saya tantang penggagasnya, ayo kumpulkan Rp 13 triliun. Jangan hanya omong saja," seru Irwandi Yusuf.

Bahkan hari ini, pria yang akrab disapa Tgk. Agam ini kembali menulis di wall facebooknya dengan menuliskan sebuah renungan.

Menurutnya, bantuan orang dengan senang hati kita terima, bahkan "toh lom?" Tapi begitu orang salah omong sedikit kita langsung meradang tanpa kontrol. Pada saat kita mengkritik silap lidah Abbot secara brutal dan membuat aksi kumpul recehan, maka sebenarnya yg sedang kita lukai adalah perasaan RAKYAT AUSTRALIA, murid TK, pelajar, ibu rumah tangga, dan seluruh lapisan rakyat yg telah menyumbang utk Aceh.

Kenapa kita sudah berubah menjadi suatu komunitas yang emosional? Martabat apakah yg sedang bangsa ini perjuangkan? Reaksi kita yang berlebihan menunjukkan di level mana kita sedang berdiri. Abbot telah salah ucap dan dia sedang "diserbu" oleh rakyatnya sendiri. Tetapi ketika kita beraksi dengan emosi disini, kita sebenarnya sedang menista rakyat Australia yang telah berbaik hati kepada kita.

"Tindakan kita lebih buruk dan lebih kekanak2an dari ucapan Abbot. Bukan begini caranya dalam pergaulan internasional," demikian ujar pria yang hobby dunia dirgantara ini.

Sementara Tgk. Sufaini Syekhy, mantan kombatan GAM yang lama tinggal di Aceh ini, Sabtu (21/2), kepada lintasatjeh.com melalui telepon selularnya mengatakan bahwa sependapat dengan yang dituliskan Irwandi Yusuf.

Menurutnya, hubungan Australia dengan Indonesia ataupun Australia dengan Aceh sudah terjalin secara baik sejak lama. Apalagi banyak warga Aceh juga tinggal di Australia, baik yang melakukan bisnis, kuliah maupun kepentingan lain.

"Bukan kita tidak setuju dengan hukuman mati terhadap gembong narkoba, namun kita harus bersikap bijak terhadap pernyataan Tony Abbot. Boleh responsif namun jangan terlalu reaktif yang justru memperkeruh hubungan baik Australia dengan Aceh," kata Ketua Achenese Australia Association.

Saya rasa, Syekhy melanjutkan, wajar saja Perdana Menteri Australia melakukan dengan berbagai cara untuk menyelamatkan warganya dari eksekusi mati diantara regu tembak.

"Saya rasa ini ada miss informasi antara yang disampaikan dan yang memaknai pernyataannya. Yang patut kita pertanyakan, kenapa Pemerintah Indonesia tidak melakukan berbagai hal untuk menyelamatkan para TKI ketika hendak dihukum pancung maupun di hukum gantung di luar negeri," sebutnya.

Tgk. Syekhy dalam hal ini, berharap agar rakyat Aceh tetap tenang dan menyerahkan kepada para Pemerintah Aceh maupun para wakil rakyat di DPR RI dan DPD RI untuk bisa melakukan klarifikasi mendetail melalui pihak-pihak terkait tentang pernyataan Perdana Menteri Australia. Kemudian rakyat Aceh silahkan kritis, tapi jangan mudah diprovokasi dengan hal-hal yang berlebihan.

"Saya juga berharap, bukan hanya gembong narkoba saja yang dihukum mati. Para koruptor pun harus dihukum MATI," pungkasnya. [ar]
Komentar

Tampilkan

Terkini