NAGAN RAYA - Giok Aceh saat ini tengah membooming dan banyak diburu oleh kalangan pecinta batu mulia di seluruh nusantara bahkan warga mancanegara juga terpesona dengan keindahannya.
Giok Aceh sangat beragam diantaranya giok merah, giok solar serta giok neon, ketiga jenis giok tersebut adalah jenis batu mulia yang berkualitas dan mendunia.
Dari ketiga jenis batu mulia tersebut, yang paling dicari oleh kalangan pecinta batu mulia adalah giok neon dan saat ini harganya mencapai Rp. 50 juta per kilogram.
"Batu berkualitas jenis giok neon hanya bisa kita dapatkan didaerah Butong, Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Tengah dan Gayo lues, Propinsi Aceh," ungkap Junaidi alias Amad Jenggo, seorang Kolektor dan pecinta batu Giok kepada media ini, Sabtu (14/2/14).
Menurut Amad Jenggo, beberapa waktu yang lalu pada saat Pemerintah Daerah Propinsi Aceh masih belum memperketat peraturan tentang batu mulia, dirinya sering mendampingi para pecinta atau kolektor batu mulia ke dataran tinggi Gayo dan juga ke daerah Beutong, Kabupaten Nagan Raya.
"Saat itu, harga batu jenis giok sangat bervariasi (tergantung jenisnya_red), giok solar mencapai harga paling murah Rp. 5 juta rupiah per kilogram, giok Indocrase Rp. 15 juta per kilogram, sedangkan giok neon bisa mencapai Rp. 50 juta per kilogram," terangnya.
Bayangkan, untuk jenis giok neon sebelum diolah '1 Kg' saja bisa mencapai harga Rp. 50 juta rupiah, setelah diolah kita bisa memperoleh sekitar 30-50 batu. Satu batu olahan harganya bisa mencapai Rp. 20 juta.
"Kalikan saja dengan 30-50 batu olahan. Hasilnya pasti sangat fantastis," imbuhnya lagi.
Tak hanya kualitasnya yang mumpuni, namun batu giok Aceh, khususnya giok neon juga terkenal indah di dunia dan banyak di buru oleh pencinta batu mulia. "Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan akan terus dicari sehingga harganya akan tetap tinggi," beber Amad Jenggo.
Hakikatnya, fenomena batu giok Aceh pada saat ini adalah anugerah Tuhan yang seharusnya disyukuri oleh masyarakat Aceh. Jangan sampai, warga yang kurang memahami tentang makna dari anugerah Tuhan, ibarat bagai gerombolan dari pencari harta karun yang tamak saling tergoda untuk bertikai dan saling membunuh, lalu akhirnya anugerah tersebut tidak satupun yang mendapatkannya.
Oleh sebab itu, menurut Ahmad Jenggo, ini pembelajaran yang berharga terkait permasalahan giok Aceh saat ini. Maknakan kembali bahwa fenomena giok di Aceh saat ini sebagai anugerah Tuhan yang harus diterima dengan rasa syukur sehingga hikmah yang akan kita dapatkan adalah lahirnya kerukunan hidup antara sesama warga, juga dengan pihak pemerintah harus pula terjalin dengan baik.
"Apabila ada yang keliru, sampaikanlah dengan cara yang bermoral dan beretika. Oleh karena itu adanya kerukunan antara sesama maka tumbuhlah nilai-nilai persaudaraan, yang akan menyebabkan orang dapat berbuat damai dan dengan perdamaian maka kesejahteraan warga akan diraih bersama-sama," demikian pungkas Junaidi alias Amad Jenggo. [ar]