-->

Pergerakan Era Baru Pemerintahan

14 Januari, 2015, 19.35 WIB Last Updated 2015-01-14T12:42:00Z
Setelah melewati masa-masa panas pemilu Pilpres yang belum terlalu jauh meninggalkan kita sekarang era baru sudah dibuka selain kita dihadapkan lembar tahun baru kita juga disajikan para pemimpin–pemimpin baru yang akan memimpin pemerintahan selama 5 tahun ke depan. Sebelumnya kita dihadapkan oleh guncangan konstelasi politik dimana pemerintahan kita di Tarik satu sama lain oleh dua kubu yang berbeda masing-masing tentu punya jalan tujuan masing-masing. Meski begitu, konstelasi suhu politik di Indonesia seakan belum juga menurun. Banyak peristiwa maupun insiden politik yang kerap mewarnai suasana pemerintahan saat ini.

Di pemerintahan yang baru yang di pimpin oleh Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kalla membuka lembar baru di pemerintahan. Setelah upaya Tarik menarik diatara dua kubu di kalangan eksekutif dan roda pemerintahan jokowi mencoba memberikan jalan tengan dengan upaya dia di dalam pemerintahan yang baru. Dengan melantiknya para menteri yang bertugas membantu jalanya pemerintahan jokowi, menampis diorama bahwa seorang menteri tidak harus dari kalangan elit partai tetapi membuka dari kalangan-kalang profesionalitas untuk terjun langsung di dalam bidangnya. Dengan kata lain Jokowi sedianya bisa menilai sendiri kinerja para menteri apakah sudah sesuai dengan arahannya atau belum.

Menjelang 100 hari pemerintahanya presiden Joko Widodo bisa terlihat pemerintahan yang baru dilantik tersebut memulai era politik baru yang terasa segar di dalam pemerintahan kita. Pemerintahan yang sekarang ini terasa lebih merakyat karena beliau lebih terjun langsung ke lapangan melihat kondisi yang memang dibutuhkan untuk diselesaikan. Berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, pemerintahan yang terdahulu terkesan lebih senang bermain di belakang meja ketimbang untuk turun melihat kondisi lapangan. Hal ini tidak dapat menampis bahwa pemerintahan presiden jokowi dodo menuju era Politik Postmodernisme. Seorang pemimpin mendobrak paradigma lama bahwa seorang pemimpin bukan hanya mememerintah tetapi dia harkiatnya menjadi pemimpin yang lebih mengetahui prospek permasalahan yang di hadapi bangsa ini.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo memberikan pandangan yang  berbeda dengan era politik modern yang berkiblat pada kedigdayaan kultur barat sehingga kita melupakan kultur lokal yang di dalamnya terkandung berbagai akar nilai budaya luhur bangsa Indonesia sendiri. Oleh pemerintahan Sebelumnya kita lebih dihadapkan oleh kontestasi yang berujung pada akumulasi angka pemilih yang amat sering berangkat dari pencitraan. Dimana ruang publik lebih diisyaratkan oleh pencitraan kalangan elit yang menutup celah suara aspirasi kritis publik.

Politik di era pemerintahan Jokowi ini lebih merujuk kepada era Politik Postmodern dimana dasar kedigdayaan kultur budaya Bangsa ndonesia  lebih di junjung. Dari siluet pandangan pemerintahan jokowi lebih melihatkan cita –cita bangsa yaitu keadilan dan kesejahteraan bangsa. Memang kita tidak bisa menarik  benang merah pemerintahan jokowi begitu saja tetapi dari kenampakannya menuju hari 100 sudah melihatkan bahwa gaya pemerintahan president jokowi yang lebih merakyat, dengan caranya memimpin yang berbeda dengan pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.

Maka dipemerinthan presiden jokowi yang baru ini menjadi tonggak bagi lahirnya para pemimpin yang menempatkan kesejahteraan rakyatnya sebagai pilar kekuasaan politiknya. Di pemerintahan Presiden jokowi ini lebih memungkinkan diskursus mengenai pluralitas, yang kaya dan miskin bisa berdampingan dalam ruang publik yang sama. Dengan gaya kepemimpinan yang blusukan- blusukan ke segala aspek, berdialog secara bebas dan egaliter dengan rakyatnya, serta sikap empati seakan-akan menandai berakhirnya politik modern yang sarat pencitraan dan kontestasi.

Gaya kepemipinan Jokowi juga menjadi sarana pencitraan oleh kalangan elit yang masih memikirkan dampak pencitraan yang luar biasa oleh media kepada masyarakat. Tetapi dibalik awan hitam segala pentuk paradigma lama Jokowi juga memberika nafas segar dengan salah satunya melantik Susi Pudjiastuti menjadi  Menteri Kelautan dan Perikanan. Gaya kepemimpinan susi pun terdengar baru yang berbeda dengan paradigma usang dimana seorang kalangan elit harus bergaya elit, tetapi disini susi pudjiastuti lebih menampilikan kepemimpinan yang apa adaya dan lebih fleksibel. Gaya pemerintahan Susi Pudjiastusi pun tidak tanggung tanggung masyarakat lebih menggantungkan  dengan gaya kepemimpinan tersebut memberikan harapan lebih kepada masyarakat.

Pemerintahan presiden yang sekarang ini juga lebih mendekonstruksi politik quidditas (esensi) yang menekankan bahwa kesejatian dilahirkan oleh representasi, bukan sekadar esensi. Kesejatian tersebut dapat dimaknai sebagai kehadiran atau representasi. Maka, rakyat sangat paham negara ini memang sarat masalah. Dengan bentuk pemerintahan sekarang memberikan arahan baru diamana kehadiran sang pemimpin di kala rakyat kesusahan tak hanya memastikan negara masih ada, tetapi juga empati sang pemimpin, yang bersama rakyatnya hendak mencari solusi atas masalah. Semua itu bertolak belakang dengan anutan lama dimana kalangan elit lebih menganggap pendewaan rasionalitas manusia yang seharusnya dimana pemahaman bahwa manusia adalah makhluk budaya. Dimana seharusnya pemimpin lebih mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian secercah harapan baru teradap pemerintahan Presiden Jokowi Dodo mulai terlihat. Upaya pembaharuan dari paradigma lama yang selalu mngelantungi kita pun mulai hilang berjangka. Yang diharapkan terus adanya pembaharuan atau lebih tidaknya tindakan yang bertujuan mewujuddkan cita- cita awal bangsa Indonesia. Tinggal tugas kita yang selalu mengawal dan melihat gejolak roda  pemerintahan yang baru berjalan ini.

Data diri penulis:
Nama: Panji Satria Pratama
Alamat: Menteng Dalam, Tebet, Jaksel
Email: panji.satriap@gmail.com
Komentar

Tampilkan

Terkini