Setelah melewati
masa-masa panas pemilu Pilpres yang belum terlalu jauh meninggalkan kita
sekarang era baru sudah dibuka selain kita dihadapkan lembar tahun baru kita
juga disajikan para pemimpin–pemimpin baru yang akan memimpin pemerintahan
selama 5 tahun ke depan. Sebelumnya kita dihadapkan oleh guncangan konstelasi
politik dimana pemerintahan kita di Tarik satu sama lain oleh dua kubu yang
berbeda masing-masing tentu punya jalan tujuan masing-masing. Meski begitu, konstelasi
suhu politik di Indonesia seakan belum juga menurun. Banyak peristiwa maupun
insiden politik yang kerap mewarnai suasana pemerintahan saat ini.
Di pemerintahan
yang baru yang di pimpin oleh Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kalla
membuka lembar baru di pemerintahan. Setelah upaya Tarik menarik diatara dua
kubu di kalangan eksekutif dan roda pemerintahan jokowi mencoba memberikan
jalan tengan dengan upaya dia di dalam pemerintahan yang baru. Dengan
melantiknya para menteri yang bertugas membantu jalanya pemerintahan jokowi,
menampis diorama bahwa seorang menteri tidak harus dari kalangan elit partai
tetapi membuka dari kalangan-kalang profesionalitas untuk terjun langsung di
dalam bidangnya. Dengan kata lain Jokowi sedianya bisa menilai sendiri kinerja
para menteri apakah sudah sesuai dengan arahannya atau belum.
Menjelang 100
hari pemerintahanya presiden Joko Widodo bisa terlihat pemerintahan yang baru
dilantik tersebut memulai era politik baru yang terasa segar di dalam
pemerintahan kita. Pemerintahan yang sekarang ini terasa lebih merakyat karena
beliau lebih terjun langsung ke lapangan melihat kondisi yang memang dibutuhkan
untuk diselesaikan. Berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, pemerintahan yang
terdahulu terkesan lebih senang bermain di belakang meja ketimbang untuk turun
melihat kondisi lapangan. Hal ini tidak dapat menampis bahwa pemerintahan
presiden jokowi dodo menuju era Politik Postmodernisme. Seorang pemimpin
mendobrak paradigma lama bahwa seorang pemimpin bukan hanya mememerintah tetapi
dia harkiatnya menjadi pemimpin yang lebih mengetahui prospek permasalahan yang
di hadapi bangsa ini.
Politik di era
pemerintahan Jokowi ini lebih merujuk kepada era Politik Postmodern dimana
dasar kedigdayaan kultur budaya Bangsa ndonesia
lebih di junjung. Dari siluet pandangan pemerintahan jokowi lebih
melihatkan cita –cita bangsa yaitu keadilan dan kesejahteraan bangsa. Memang
kita tidak bisa menarik benang merah
pemerintahan jokowi begitu saja tetapi dari kenampakannya menuju hari 100 sudah
melihatkan bahwa gaya pemerintahan president jokowi yang lebih merakyat, dengan
caranya memimpin yang berbeda dengan pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
Maka
dipemerinthan presiden jokowi yang baru ini menjadi tonggak bagi lahirnya para
pemimpin yang menempatkan kesejahteraan rakyatnya sebagai pilar kekuasaan
politiknya. Di pemerintahan Presiden jokowi ini lebih memungkinkan diskursus
mengenai pluralitas, yang kaya dan miskin bisa berdampingan dalam ruang publik
yang sama. Dengan gaya kepemimpinan yang blusukan- blusukan ke segala aspek,
berdialog secara bebas dan egaliter dengan rakyatnya, serta sikap empati
seakan-akan menandai berakhirnya politik modern yang sarat pencitraan dan
kontestasi.
Gaya kepemipinan
Jokowi juga menjadi sarana pencitraan oleh kalangan elit yang masih memikirkan
dampak pencitraan yang luar biasa oleh media kepada masyarakat. Tetapi dibalik
awan hitam segala pentuk paradigma lama Jokowi juga memberika nafas segar
dengan salah satunya melantik Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Gaya
kepemimpinan susi pun terdengar baru yang berbeda dengan paradigma usang dimana
seorang kalangan elit harus bergaya elit, tetapi disini susi pudjiastuti lebih
menampilikan kepemimpinan yang apa adaya dan lebih fleksibel. Gaya pemerintahan
Susi Pudjiastusi pun tidak tanggung tanggung masyarakat lebih
menggantungkan dengan gaya kepemimpinan
tersebut memberikan harapan lebih kepada masyarakat.
Pemerintahan
presiden yang sekarang ini juga lebih mendekonstruksi politik quidditas
(esensi) yang menekankan bahwa kesejatian dilahirkan oleh representasi, bukan
sekadar esensi. Kesejatian tersebut dapat dimaknai sebagai kehadiran atau
representasi. Maka, rakyat sangat paham negara ini memang sarat masalah. Dengan
bentuk pemerintahan sekarang memberikan arahan baru diamana kehadiran sang
pemimpin di kala rakyat kesusahan tak hanya memastikan negara masih ada, tetapi
juga empati sang pemimpin, yang bersama rakyatnya hendak mencari solusi atas
masalah. Semua itu bertolak belakang dengan anutan lama dimana kalangan elit
lebih menganggap pendewaan rasionalitas manusia yang seharusnya dimana
pemahaman bahwa manusia adalah makhluk budaya. Dimana seharusnya pemimpin lebih
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya
maupun bagi masyarakat demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian
secercah harapan baru teradap pemerintahan Presiden Jokowi Dodo mulai terlihat.
Upaya pembaharuan dari paradigma lama yang selalu mngelantungi kita pun mulai
hilang berjangka. Yang diharapkan terus adanya pembaharuan atau lebih tidaknya
tindakan yang bertujuan mewujuddkan cita- cita awal bangsa Indonesia. Tinggal
tugas kita yang selalu mengawal dan melihat gejolak roda pemerintahan yang baru berjalan ini.
Data diri penulis:
Nama: Panji Satria Pratama
Alamat: Menteng Dalam, Tebet, Jaksel
Email: panji.satriap@gmail.com