-->

Menelusur Sungai "Naga"

17 Januari, 2015, 23.47 WIB Last Updated 2015-01-17T16:51:33Z

Tersiar kabar ditengah masyarakat umum, bahwa telah terjadi sebuah fenomena alam yang membuat warga Kecamatan Lhoksukon, Baktiya, Tanah Jambo Aye, dan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara tercengang dan heboh.

Seakan tidak percaya, namun fenomena ini benar-benar terjadi. Kabar itupun menjadi topik hangat disetiap perbincangan antar warga semenjak munculnya fenomena rawa berubah menjadi sungai pada 26 Desember 2014 lalu.

Dari mulut kemulut, kabar fenomena itu terus tersebar sampai sekarang. Hingga akhirnya banyak warga yang berkunjung kesana untuk melihat secara langsung fenomena tersebut yang diluar logika.

Tim Lintasatjeh.com pada Sabtu (16/01/2015) dari pukul 14:00 WIB turun ke lokasi untuk mellihat langsung fenomena ini. Untuk sampai disana, butuh waktu dua jam. Jalan berbatu perbukitan dan melewati perkebunan sawit justeru membuat kami nyaris terperosok lubang yang bertaburan.
 
Rawa yang diperkirakan dengan luas empat puluh hektare itu terletak di sebelah perbukitan dan jauh dari pemukiman penduduk. Tepatnya di Gampong Cinta Makmur Unit Enam, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara.

Beberapa wargapun mendampingi perjalanan kami untuk menuju lokasi rawa yang jadi sungai. Jalan berbatu, licin, dan perbukitan terpaksa dilalui dengan ekstra hati-hati demi sampai ketujuan dengan selamat.

Setelah memakan waktu hingga satu jam perjalanan, lokasi itupun sudah terlihat jelas. Salah satu warga yang juga tokoh masyarakat setempat menginstruksikan agar berhati-hati menginjak areal lahan gambut.

“Nah, kita sudah sampai di lokasi. Untuk sampai ke pinggir rawa itu, kita harus melewati lahan gambut sejauh 500 meter. Hati-hati, jangan terlalu kuat menginjak gambut,” saran Radikun (45), tokoh masyarakat.

Mau tak mau, instruksi sang tokoh ini harus dipatuhi demi keselamatan. Perjalanan pun terus dilanjutkan. Areal lahan gambut nyaris membuat kami terjerumus. Beruntung masih ada ranting-ranting kayu yang bisa dilalui sebagai lintasan kecil (jalan setapak).

Dan, kami pun sampai di tujuan. Luar biasa, genangan air tenang yang warnanya agak kehitaman sudah menenggelamkan areal perkebunan sawit yang diketahui milik Yayasan Malikussaleh Panton Labu, Kecamatan Tanah Jambo Aye.

Luas sungai ini diperkirakan sekitar enam puluh meter, dengan kedalaman rata-rata lima meter. Sementara panjang sungai ini tidak bisa ditaksir. Sebab, belum ada satupun warga yang berani mengarungi sungai fenomena tersebut.

Konon, munculnya fenomena rawa yang berubah jadi sungai ini akibat ditiduri seekor ular naga raksasa yang telah lama bersemadi. Benar atau tidaknya, namun warga meyakini mitos semacam itu.

Dari cerita warga, awalnya pada 26 Desember 2014 lalu, tepat pada saat bencana banjir menerjang Ibukota Lhoksukon, terdengar suara gemuruh pada malam hari. Keesokan paginya, genangan airpun mulai merendam areal lahan gambut tersebut.

Namun setelah sepekan lamanya, debit air terus bertambah. Tanaman sawit seluas sepuluh hektare milik yayasan Malikussaleh yang masih berumur sekitar tiga tahun atau tinggi pohon sekitar tiga meter justeru tidak kelihatan lagi. Sebagian tanaman sawit malah terseret ke pinggiran sungai yang baru jadi ini.

“Tempat ini sering dilalui warga untuk mencari rumput hewan peliharaan, memancing dan pergi ke kebun. Saat itu masih bisa dilalui karena lahannya sama sekali kering tanpa air,” cerita salah satu warga, Abdullah Ali (50).

Dari informasi lain, sebelumnya areal rawa dan perkebunan yang berubah menjadi sungai ini dulunya memang sungai besar yang menghubungkan ke laut Ule Rubek, Seunuddon. Bahkan, mitos yang tersebar bahwa ada salah satu kapal yang tenggelam.

Nama kampung inipun sebelumnya dinamakan “Kota Gantung”. Julukan ini menunjukkan adanya salah satu jembatan gantung untuk melintas menuju ke seberang sungai.

“Dulunya memang ada sungai disini, sungai besar yang sempat dilintasi kapal. Bahkan ada kapal yang tenggelam disitu. Ada pula jembatan gantung untuk menuju akses ke sungai ini. Jadi bisa saja sungai ini kembali muncul menjadi seperti sungai semula,” kata warga.

Sejak munculnya sungai ini, warga masih dibuat heboh dan penasaran. Masih banyak yang belum tahu secara detail tentang asal mula munculnya sungai yang menenggelamkan areal perkebunan sawit dan areal rawa-rawa ini.

Saat ini warga hanya yakin dengan mitos yang mengisukan bahwa ada seekor ular naga meniduri areal tersebut sebelum muncul sungai besar itu. [Rul]
Komentar

Tampilkan

Terkini