SURABAYA
- Setelah ditutup pada 18 Juni 2014 lalu, ternyata praktik prostitusi di lokasi
prostitusi Dolly belum sepenuhnya hilang.
Polisi
masih menemukan praktik transaksi prostitusi dengan cara tersembunyi. Salah
satu modus transaksinya melalui telepon seluler.
"Lelaki
mucikari tetap berada di sekitar bekas wisma lokalisasi, dia menawarkan kepada
lelaki yang terlihat mondar-mandir seperti mencari sesuatu," kata Kabid
Humas Polda Jatim Kombes Awi Setiyono, Jumat (30/1/2015).
Mucikari
memberi nomor ponsel, lalu transaksi dilanjutkan via sambungan telepon di luar
eks lokasi prostitusi Dolly.
"Si
mucikari memberi foto-foto PSK yang ditawarkan. Para PSK tersebut berada di kos
yang ada di sekitar eks Dolly," terangnya.
Setelah
harga sepakat, maka kewajiban mucikari mengantar PSK di tempat kencan yang
disepakati.
Harga
yang ditawarkan beragam, dari Rp 2 juta hingga di bawah Rp 1 juta untuk sekali
kencan. Seusai mengantar tamunya, si mucikari lalu meminta beberapa persen dari
harga sebagai imbalan.
Akhir
pekan lalu, jajaran Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jatim
membekuk dua mucikari yang biasa beroperasi di sekitar eks lokasi prostitusi
Dolly. AN (39), warga Malang, dan MA alias Gondrong (39), warga Surabaya,
dibekuk saat mengantar dua PSK kepada "pembelinya" di sebuah hotel. [tribunnews]