LHOKSUKON – Banjir yang
melanda kabupaten Aceh Utara akhir Desember lalu membuat ribuan hektar sawah di
Aceh Utara mengalami gagal tanam. Petani mengaku telah kehabisan modal, sebab benih yang dibeli seharga Rp50
ribu per sak gagal tanam akibat terendam banjir.
“Kami hanya berharap pemerintah
memberikan bantuan benih padi,” ujar salah seorang petani di kecamatan Seunuddon,
Sudirman (43) kepada lintasatjeh.com, Jum’at (9/1).
Selain itu, kata Sudirman
petani lain juga mengeluhkan hal yang serupa yaitu sebagaian padi yang sudah
disemai dibawa banjir, sehingga petani mengalami kerugian besar.
“Jika tidak diberikan benih
bantuan oleh pemerintah kami tidak ada lagi modal untuk menenam padi,” ujarnya.
Kepala Balai Penyuluhan
Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Seunuddon, Darwis
mengatakan, terkait keluhan petani di kecamatan Seunuddon, dirinya sudah
menyampaikan secara tertulis kepada dinas terkait di Aceh Utara untuk meminta
bibit padi bantuan.
Darwis menambahkan, sedikitnya
seluas 2.533 hektar sawah di Kecamatan tersebut terancam gagal tanam pada
tahun ini jika pemerintah tidak segera menyalurkan bantuan bibit. “Kebanyakan petani
sudah menyemai benih padi mereka untuk siap tanam pada tahun ini, namun padi
mereka terendam banjir selama sepekan sehingga benih tersebut rusak total,” kata Darwis.
Selain Sawah, seluas 3.298
hektar tambak di kecamatan tersebut juga gagal panen. Ikan bandeng, udang, dan
sejumlah ikan lainya lepas karena banjir, padahal kebanyakan warga ingin
memanen ikan mereka pada bulan maulid nabi.
Akibat sebagian besar petani
tambak gagal panen berdampak pada harga ikan di pasar. Di Aceh Utara, harga
ikan bandeng sebelumnya seharga Rp7000 per kilogram sekarang naik menjadi Rp25
ribu perkilogram, hal yang sama juga terjadi pada ikan tongkol.
“Harga naik karena modalnya
besar, sebab ikan sangat susah didapat. Harga naik karena bertepatan datangnya
bulan maulid, yang mengalami permintaan meningkat,” ujar salah seorang pedagang
ikan di pasar Panton Labu, Aceh Utara. [01]