Istimewa |
JAKARTA - Wacana menjadikan bendera Alam Peudeung sebagai
bendera daerah Aceh mendapat dukungan dari kalangan akademisi.
Pengamat politik dan konflik dari Erich Institute, Erman
Anom, mengatakan, bendera Alam Peudeung bisa menjadi jalan tengah. Di mana,
Jakarta tidak kehilangan muka dan di sisi lain marwah Aceh tetap bisa terjaga.
"Bendera Alam Peudeung ini bisa menjadi win win
solution untuk menjaga Aceh-GAM bermarwah dan RI bermarwah," ujar Erman
Anom kepada JPNN kemarin.
Pria kelahiran Eutapang, Aceh, yang lama berkiprah di
Jakarta itu meyakni, para tokoh GAM juga akan memberikan dukungan terhadap
wacana ini.
"Seperti sejak awal saya katakan, para tokoh GAM ini
akan menerima permintaan pusat untuk mengganti bendera karena masalah bendera
itu hanyalah alat bargaining saja. Jika tuntutan sudah tercapai, yakni seluruh
peraturan perundang-undangan turunan UU Pemerintahan Aceh segera diterbitkan
dan menguntungkan rakyat Aceh, ya tidak masalah bendera diubah," beber
pria bergelar profesor itu.
Erman pun meyakini, jika nantinya bendera Alam Peudeueng,
sebagai bendera yang digunakan para raja Aceh di masa kejayaan di masa silam,
resmi disepakati sebagai bendera Aceh, maka akan menjadi tanda kedamaian sejati
di Bumi Serambi Mekah ini. "Inilah kedamaian yang dihasilkan dari UU
PA," pungkas Erman.
Sebelumnya, pemerhati masalah Aceh, Firdaus Syam,
mengatakan, tercapainya kesepakatan antara Pemerintah Pusat di Jakarta dengan
Pemerintahan Aceh terkait bagi hasil pengelolaan minyak dan gas alam di lepas
pantai, merupakan tanda hubungan keduanya ke depan bakal mesra.
Hubungan panas antara Jakarta-Aceh, terutama terkait masalah
bendera Aceh yang mirip bendera GAM, secara otomatis berakhir. Pihak Aceh
diyakini akan mengubah bendera kontroversial itu, pascakesepakatan bagi hasil
migas dimaksud.
"Hubungan Jakarta dengan Aceh pasti akan semakin
kondusif dan ini lah yang diharapkan masyarakat Aceh yang mendambakan
perdamaian sejati, tak ingin ada konflik lagi," ujar Firdaus Syam beberapa
waktu lalu. (Jpnn)