ACEH SELATAN - Baru 28 hari menjabat sebagai Presiden RI ke 7, tepatnya Senin, (17/11/14), mulai pukul 00.00 WIB, Joko Widodo langsung mencetak rekor, dengan mengurangi angka subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga mengakibatkan harga jual BBM menjadi naik. Hal itu membuat sebagian besar ibu rumah tangga, saat ini terserang penyakit panik karena harga sembako juga ikut membumbung tinggi.
Pasalnya, ibu-ibu rumah tangga adalah pihak pemeran utama dalam pengelolaan ekonomi keluarga. Untuk saat ini mungkin kita belum terasa sekali, tapi menjelang dua atau tiga bulan mendatang pasti akan mulai terasa beratnya dampak kenaikan BBM itu.
"Ibu rumah tangga adalah pihak yang terkena dampaknya secara langsung, dampak dari kenaikan harga BBM," ujar Annie, salah satu ibu rumah tangga di Kota Tapak Tuan kepada lintasatjeh.com, Rabu (4/12/14).
Menurutnya, sudah menjadi tradisi di negara kita, Indonesia, bahwa seiring dengan kenaikan harga BBM pasti akan mengakibatkan naiknya berbagai harga barang di pasaran. Mulai dari harga bahan pokok dan juga harga upah terhadap jasa transportasi.
Apapun alasan yang disampaikan oleh Jokowi, kata Annie melanjutkan, bagi kami para ibu rumah tangga sangat merasa kewalahan bila seluruh kebutuhan melonjak naik harganya. Termasuk uang jajan anak-anak kami pun turut naik, karena harga ongkos transportasi yang juga ikutan naik. Mungkin hanya ongkos buang air kecil di WC Umum yang belum naik.
Namun begitu, saya pribadi dan juga para ibu rumah tangga lainnya, agar berusaha untuk tidak menunjukkan sikap lemah kita kepada Jokowi, Presiden pilihan rakyat.
"Dengan berjiwa besar, kita selaku anak bangsa wajib mempertanyakan pada nurani kita sendiri, kenapa baru 28 hari dilantik menjadi Sang Presiden, Jokowi langsung menaikkan harga BBM ?" demikian Annie mengakhiri seraya mengatakan seharusnya Indonesia mampu memberikan pilihan cerdas buat Jokowi, sehingga tidak harus menaikkan harga BBM secara tiba-tiba.(ar/zul)