-->

Ucapan Bahagia Keluarga Korban TKI Asal Aceh yang Dibebaskan Otoritas Malaysia

14 November, 2014, 21.59 WIB Last Updated 2014-11-14T15:15:05Z
BANDA ACEH - Kembalinya 6 orang korban tenggelamnya kapal pengangkut TKI asal Aceh, setelah ditahan otoritas Malaysia beberapa bulan lalu, dirasakan sebagai berkah tersendiri terutama bagi keluarga korban.

Kapal kayu Jety Lanang saat itu mengangkut 96 TKI asal Indonesia, diduga tenggelam saat membawa mereka pulang ke Aceh karena ditabrak kapal Kastam (custom) atau Bea dan Cukai Malaysia.

Keenam TKI asal Aceh yang dipulangkan yakni Rizky (27), alamat Jl. Medan-Banda Aceh Desa Paya Peuteut, Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Ismail Putra (24), alamat Desa Cinta Mulia, Madat, Aceh Timur, Saifuddin (30), alamat Gpg. Jalan, Idi Rayeuk, Aceh Timur, Karimuddin (28), alamat Dusun Paya Lhok Desa Paya Peunteut, Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Syawal (30), alamat Desa Blang Binyet, Juli, Bireun dan Afwadi Hasan (42), alamat Lhok Panah, Desa Paya Bilie, Jeunib, Bireun.

Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah menjemput langsung keenam TKI tersebut didampingi Dr. Mahyuzar Kabiro Humas Setda Aceh dan Aznal Kabiro Umum Setda Aceh serta anggota DPR Aceh Tgk. Usman A. Bakar. TKI asal Aceh ini kemudian diserahkan secara langsung kepada Pemerintah Aceh oleh Kordinator Fungsi Konsuler KBRI Malasyia, Dino Nurwahyudin.

Salah satu keluarga korban, Rama Ziansyah yang merupakan keluarga Saifuddin (30), saat ditemui lintasatjeh.com di ruang VIP Bandara SIM Banda Aceh, Jum'at (14/11), mengungkapkan kebahagiaannya atas kepulangan salah satu keluarga mereka yang menjadi korban selamat tenggelamnya kapal kayu Jety Lanang.

"Dari sekian banyak korban yang ditahan, keenam orang ini yang tinggal untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Namun sekian lama kami tidak tahu kabar berita mereka, kemudian kami coba menghubungi kantor Gubernur Aceh kebetulan melalui Biro Humas tentang keadaan mereka," ujarnya.

Kemudian kita juga tidak tahu langkah-langkah konkrit apa yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh dan KBRI untuk proses selanjutnya. Tiba-tiba ada informasi dari Malasyia (karena anggota keluarganya menggunakan media sosial), mereka menceritakan tentang keadaan mereka dan mengatakan akan segera dipulangkan.

"Inilah yang kita tunggu-tunggu, alhamdulillah hari ini kita jumpa dengan adik kami. Memang ini yang kita harapkan," ucap Rama dengan rasa syukur.

Masih katanya, sebenarnya kasus seperti ini juga tidak jauh berbeda. Ini dikarenakan kurangnya lapangan kerja di negeri sendiri sehingga banyak WNI khususnya warga Aceh yang bekerja menjadi TKI di Malaysia.

"Kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi kita, terutama bagaimana bangsa ini memproteksi warga negaranya di luar negeri. Kebetulan ini adik saya, yang lain bagaimana ? Kita harap pemerintah terus peduli dengan kasus-kasus seperti ini karena ini merupakan kasus bilateral dan bukan hanya kasus antara Pemerintah Aceh dan Malaysia saja," ungkap Rama lagi.

"Kasus ini diharapkan tidak terulang lagi terhadap TKI lainnya, kemudian negara bisa memproteksi apalagi terhadap TKI yang mendapatkan perlakuan tidak manusiawi di negara lain," harapnya.

"Saya mewakili keluarga korban, sangat berterimakasih kepada Pemerintah Aceh, KBRI, Tgk. Usman A. Bakar dan semua pihak yang telah memfasilitasi kepulangan adik saya beserta rekan-rekannya. Saya juga berharap keenam TKI ini nantinya bisa memberikan kesaksiannya dalam persidangan di Malaysia sehingga kasus ini jelas, kemudian tersangkanya bisa diadili dan mendapatkan hukuman yang sesuai," demikian pungkas Rama Ziansyah seraya berharap kasus ini tidak terjadi lagi dikemudian hari.(ar)
Komentar

Tampilkan

Terkini