JAKARTA - Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Pantaonan Daulay
menilai kebijakan Presiden Joko Widodo menaikkan harga BBM tidak tepat
dilakukan saat ini. Pasalnya, masyarakat banyak yang tidak siap dengan
keputusan tersebut. Dampak sosial kenaikan BBM juga akan sangat tinggi dan dia
meyakini pemerintah belum tentu siap menghadapinya.
Selain itu, argumen untuk menaikkan harga BBM dinilai lemah
dan jauh dari nalar masyarakat. Apalagi, Joko Widodo dinilai presiden yang
dekat dengan rakyat. Sehingga masyarakat akan kesulitan untuk mencari
pembenaran dalam hal kenaikan BBM ini.
"Argumen Jokowi lemah. Kalau memang alasannya karena
defisit APBN, pemerintah semestinya perlu menjelaskan defisit seperti apa yang
dimaksud. Selain itu, perlu juga dijelaskan mengapa menaikkan harga BBM yang
dijadikan pilihan dalam menanggulangi defisit tersebut," kata Saleh lewat
pesan BlackBerry, Selasa (18/11).
Menurut Saleh, jika dikaitkan dengan defisit APBN, secara
politik sebetulnya pemerintah perlu berkonsultasi dengan DPR.
Pandangan-pandangan DPR tentu perlu didengar dan dijadikan referensi. Dengan
begitu, kenaikan BBM ini tidak terkesan menjadi keputusan sepihak pemerintah.
"APBN itu disusun oleh pemerintah bersama DPR. Karena
itu, kalau ada defisit, tentu perlu dibicarakan dengan DPR. Kalau dinaikkan
sendiri, DPR tentu tidak bisa diajak untuk bertanggung jawab," jelasnya.
Ketua DPP PAN ini pun membandingkan kebijakan Presiden
Jokowi dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu kalau pemerintah mau
menaikkan harga BBM, selalu ada konsultasi dengan DPR. Dengan begitu, DPR juga
bisa memahami rasionalisasi di balik kenaikan harga BBM serta ikut bertanggung
jawab.
Saleh mengatakan, kebijakan kenaikan harga BBM ini terkesan
mendadak. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa kenaikan ini akan dilakukan
tahun depan. Karena itu, wajar jika masyarakat tidak memiliki persiapan.
Pihaknya menyaksikan sendiri ketidaksiapan masyarakat dengan
kebijakan pemerintah kali ini.
"Kebetulan tadi malam saya sedang melintasi beberapa
SPBU. Saya melihat antrean panjang. Antrean itu persis terjadi sesaat setelah
presiden mengumunkan kenaikan harga BBM," ungkapnya.(jpnn)