JAKARTA - Kondisi Partai Golkar di bawah kepemimpinan Ketua Umum Aburizal Bakrie terkesan lebih mirip anak perusahaan Bakrie Group.
Kesan tersebut menurut pengamat politik Boni Hargens, hadir dari cara-cara yang diperlihatkan Ical selama ini dalam memimpin partai berlambang pohon beringin tersebut.
Antara lain memaksakan kehendaknya kembali menjadi ketua umum, dengan mempercepat Munas di Bali.
"Fakta ini memperkeruh suasana politik internal. Yang menjadi perhatian kita, kalau Munas dipaksakan berlangsung cepat, lalu terjadi kerusuhan di Bali, iklim pariwisata kita niscaya terganggu," kata Boni, Rabu (26/11).
Menurut Boni, jika kerusuhan terjadi, maka negara akan dirugikan lebih besar daripada keuntungan yang barangkali akan diperoleh Ical. Karena itu untuk mencegah hal tersebut, Ical harus bersikap bijaksana.
"Rencana percepatan munas dibatalkan dan Ical tidak boleh memaksakan kehendaknya tanpa mengikuti kaidah demokrasi di tubuh partai. Golkar bukan anak perusahaan Group Bakrie meskipun selama ini itu yang terjadi," kata pengamat yang saat pilpres menjadi relawan Jokowi itu.
Boni menilai, untuk membangun partai modern yang demokratis, watak feodal harus dihilangkan. Karena itu, Ical harus membiarkan perubahan terjadi di Partai Golkar dengan memberi ruang lahirnya pemimpin yang baru dan berwawasan kebangsaan.
"Sudah saatnya Golkar dibenahi paradigma dan manajemennya. Supaya bisa menjadi pilar penting pembangunan demokrasi bangsa," katanya.(jpnn)