JAKARTA - Pengusaha asal Inggris yang tergabung dalam Tim Investasi
dan Perdagangan Kerajaan Inggris (The United Kingdom Trade and Investment)
bidang aviasi dan bandar udara mengunjungi Citilink Indonesia. Mereka
berinisiatif, mengadakan dialog ingin mengetahui prospek prospek industri
penerbangan nasional.
"Inggris merupakan salah satu negara terdepan dalam
bisnis dan penguasaan teknologi penerbangan sehingga Citilink, merasa perlu
juga untuk memiliki akses langsung ke industri mereka," ujar Direktur
Keuangan Citilink Albert Burhan dalam siaran pers, Jakarta, Rabu (5/11).
Perwakilan Kelompok Investor Inggris, Stephen Myatt
menegaskan, pihaknya ingin menjalin relasi bisnis dan melihat peluang serta
memahami prospek bisnis penerbangan di Indonesia. "Misi dagang kami juga
terkait dengan forum bisnis aviasi Indonesia. Apalagi, mengingat pertumbuhan
yang pesat sekaligus mengantisipasi pelaksanaan ASEAN open sky," kata
Myatt yang juga sebagai penasehat perdagangan internasional itu.
Rombongan yang terdiri dari 14 pengusaha dan dua penasehat
bisnis bidang penerbangan dan airport itu berada di Indonesia selama sepekan.
Selain mengunjungi Citilink, para pengusaha tersebut mendatangi sejumlah
komunitas bisnis lain dan kalangan pemerintah.
Jelang ASEAN Open Sky 2015, lalu lintas pergerakan penumpang
tahunan Indonesia diperkirakan meningkat dari 105 juta penumpang di tahun 2010
menjadi 358 juta penumpang pada 2025, dengan catatan pertumbuhan ekonomi
rata-rata 8,5 persen per tahun.
Kondisi tersebut menjadikan industri penerbangan dan airport
di Indonesia akan mendapatkan tekanan yang luar biasa sehingga perlu untuk
melakukan perluasan kapasitas dan fasilitas di kedua sektor tersebut.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai 242 juta jiwa
dan pertumbuhan rata-rata GDP 6,2 persen menjadi pasar yang sangat prospek.
Pergerakan penumpang dan penerbangan internasional tumbuh 13 persen, sedangkan
hal yang sama juga terjadi di penerbangan domestik yang mencapai 16 persen. (merdeka)