-->

Indonesia Mulai Dibidik Pengusaha Inggris

05 November, 2014, 09.50 WIB Last Updated 2014-11-05T02:50:38Z
JAKARTA - Pengusaha asal Inggris yang tergabung dalam Tim Investasi dan Perdagangan Kerajaan Inggris (The United Kingdom Trade and Investment) bidang aviasi dan bandar udara mengunjungi Citilink Indonesia. Mereka berinisiatif, mengadakan dialog ingin mengetahui prospek prospek industri penerbangan nasional.

"Inggris merupakan salah satu negara terdepan dalam bisnis dan penguasaan teknologi penerbangan sehingga Citilink, merasa perlu juga untuk memiliki akses langsung ke industri mereka," ujar Direktur Keuangan Citilink Albert Burhan dalam siaran pers, Jakarta, Rabu (5/11).

Perwakilan Kelompok Investor Inggris, Stephen Myatt menegaskan, pihaknya ingin menjalin relasi bisnis dan melihat peluang serta memahami prospek bisnis penerbangan di Indonesia. "Misi dagang kami juga terkait dengan forum bisnis aviasi Indonesia. Apalagi, mengingat pertumbuhan yang pesat sekaligus mengantisipasi pelaksanaan ASEAN open sky," kata Myatt yang juga sebagai penasehat perdagangan internasional itu.

Rombongan yang terdiri dari 14 pengusaha dan dua penasehat bisnis bidang penerbangan dan airport itu berada di Indonesia selama sepekan. Selain mengunjungi Citilink, para pengusaha tersebut mendatangi sejumlah komunitas bisnis lain dan kalangan pemerintah.

Jelang ASEAN Open Sky 2015, lalu lintas pergerakan penumpang tahunan Indonesia diperkirakan meningkat dari 105 juta penumpang di tahun 2010 menjadi 358 juta penumpang pada 2025, dengan catatan pertumbuhan ekonomi rata-rata 8,5 persen per tahun.

Kondisi tersebut menjadikan industri penerbangan dan airport di Indonesia akan mendapatkan tekanan yang luar biasa sehingga perlu untuk melakukan perluasan kapasitas dan fasilitas di kedua sektor tersebut.


Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai 242 juta jiwa dan pertumbuhan rata-rata GDP 6,2 persen menjadi pasar yang sangat prospek. Pergerakan penumpang dan penerbangan internasional tumbuh 13 persen, sedangkan hal yang sama juga terjadi di penerbangan domestik yang mencapai 16 persen. (merdeka)
Komentar

Tampilkan

Terkini