Dalam hidup ini kita sadar ada perbedaan sahabat-sahabat
dengan kawan-kawan tapi selama ini tidak tau beda sahabat dengan kawan, kita
hanya menjalankan tanpa kita sadari dengan sendirinya makna sahabat dengan
kawan.
Sahabat tidak akan terlepas dalam hidup kita sehari-hari, sahabat
bagaikan emas yang kita jaga dengan hati nurani yang paling dalam. Tapi kawan
hanya sebatas kawan saja, kawan tidak pernah hadir dalam menyelesaikan masalah
yang kita pecahkan,. Karen kaw an tidak pernah kita cerita pribadi yang kita
alami dalam kehidupan ini.Sahabat banyak diartikan sebuah hubungan pertemanan
yang sangat dekat atau lebih kepada arah persaudaraan. Terkadang seorang
sahabat sendiri lebih dekat dari pada keluarga yang kita miliki.
Terkadang kita
menceritakan apapun lebih jujur kepada sahabat dibanding dengan keluarga kita
sendiri. Sahabat memang seperti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kita
namun kadang kala sahabat sendiri bisa menjadi musuh buat kita jika kita tidak
mampu menjaga hubungan yang baik ini.
Pada masa Nabi Muhammad SAW pernah mengibaratkan ikatan
persahabatan antar dua orang muslim dengan kedua belah tangan. Beliau tidak
memakai perumpamaan lain karena jalinan hubungan antar kedua tangan sangat
cocok untuk dijadikan, ibarat dalam menjalani hubungan sesama manusia. Kita
bisa melihat bagaimana kedua belah tangan saling membantu satu sama lain dalam
usaha menggapai tujuan. Keduanya bersatu padu dalam mewujudkan tujuan. Keduanya
melebur menjadi satu untuk mencapai tujuan yang sama.
Demikian juga jalinan persahabatan manusia akan lebih indah
seandainya dilandasi dengan semangat kerjasama sebagaimana kedua belah tangan.
Mereka senantiasa saling bahu-membahu untuk mencapai bersama. Menanggung
bersama setiap kesedihan yang menimpa. Dan setiap kebahagiaan akan selalu
dinikmati bersama. Dalam situasi dan kondisi apapun jalinan kerjasama terus
berlanjut. Saling membantu saat dibutuhkan walau tanpa diminta serta saling menjaga
rahasia dan aib. Bersabda, “Paling utamanya amal baik ialah memberi kegembiraan
kepada saudaramu yang beriman”. (HR. Ibnu Abi Dunya).
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah, dalam
al-Ushûlus-Sittah, pada pokok yang kedua,[1] mengatakan: "Allah Azza wa
Jalla memerintahkan agar (umat Islam) bersatu di dalam agama dan melarang
berpecah belah di dalamnya. Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan hal ini
dengan penjelasan yang sangat terang dan mudah dipahami oleh orang-orang awam.
Allah Azza wa Jalla melarang kita menjadi seperti orang-orang sebelum kita yang
berpecah belah dan berselisih dalam urusan agama hingga mereka hancur
karenanya."
Dalam berkehidupan bermasyarakat sesama sahabat kita tidak
perlu bermusuhan sesama atau berpecah gara-gara beda pendapat yang diungkapan
oleh kawan kita atau orang yang pernah kita bergaul.
Oleh: Samsuir, Mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe