“Bahan itu benar adanya dari daun rumbiya, saya siap membuktikan melalui uji tes labfor untuk membuktikan bahwa itu benar daun rumbiya,” jelasnya.
Lintas Atjeh – Proyek rehabilitasi Rumah Aceh Cut Nyak Meutia yang berada di Gampong Mesjid pirak, kecamatan Matangkuli, kabupaten Aceh Utara diduga bermasalah. Pasalnya, bahan atap dari daun rumbiya yang digunakan untuk atap rumah situs bersejarah itu terkesan tidak layak digunakan.
“Masak untuk atap rumah adat yang kelasnya nasional bahanya seperti untuk atap kandang kambing. Bahkan kami menilai bahan yang dibeli ini malah lebih bagus atap yang masih terpasang di bangunan itu,” sebut salah seorang pemuda setempat, Lian, saat ditemui Lintasatjeh.com, di komplek Rumah Aceh itu, Sabtu (30/8).
Warga setempat mengaku kecewa dengan rehab atap rumah yang dinilai tidak layak pakai. Sebab menurut warga setempat, untuk atap bangunan situs bersejarah itu seharusnya menggunakan bahan yang berkelas nasional.
“Meskipun dari bahan rumbiya, tapi yang baguslah bukan seperti bahan yang ini,” ucapnya kecewa.
Dalam hal ini warga setempat berharap agar bahan rumbiya yang sudah dibeli itu, diminta untuk diganti bahan yang lebih bagus lagi. “Kalau tidak diganti, kami masyarakat di sini akan mengambil tindakan yang tegas yakni akan menghentikan aktifitas pekerjaan tersebut,” tegas warga.
Sementara itu, Nurdin, yang mengaku sebagai orang yang diminta untuk mencari bahan rumbiya itu saat dihubungi melalui telepon oleh Lintasatjeh.com mengatakan, bahwa tudingan itu tidak benar. Pihaknya menyebutkan bahwa bahan rumbiya itu bagus dan memang benar dari daun rumbiya. Dia juga menyebutkan anggaran tersebut bersumber dari provinsi dengan nilai kontrak sebesar Rp 25 juta.
“Bahan itu benar adanya dari daun rumbiya, saya siap membuktikan melalui uji tes labfor untuk membuktikan bahwa itu benar daun rumbiya,” jelasnya.
Saat ditanyai lebih lanjut terkait pembagunan rehabilitasi situs bersejarah itu pihaknya justru berkata “Anda siapa, apakah anda sudah pernah ikut uji kompetensi? Anda kenal Kasmidi wartawan, saya ini mitra PWI!” ucapnya dengan nada tinggi.
Beberapa jam kemudian sekira pukul 17:30 WIB telepon seluler Lintasatjeh.com mendapat pesan singkat dari Nurdin yang isinya “Pajan teubit Koran ka tuleh beu rayeuk beh kita uji nyali) terjemahannya (Kapan terbit Koran kalian tulis yang besar kita uji nyali).
Terpisah, Kepala Bidang Dinas Kebudayaan Aceh Utara Ir Nurliana membenarkan adanya proyek rehab rumah adat Aceh Cut Meutia. kata dia, proyek itu dari BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Provinsi Aceh.
"Ya benar itu proyek dari BPCB, namun untuk lebih jelasnya tanyakan saja kepada Pak Khalil PPTK atau Pak Muslem penjaga rumah Aceh itu, karena Muslem yang ikut pergi mencari daun rumbiya itu bersama Pak Khalil," katanya.
Terpisah, Kepala Bidang Dinas Kebudayaan Aceh Utara Ir Nurliana membenarkan adanya proyek rehab rumah adat Aceh Cut Meutia. kata dia, proyek itu dari BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Provinsi Aceh.
"Ya benar itu proyek dari BPCB, namun untuk lebih jelasnya tanyakan saja kepada Pak Khalil PPTK atau Pak Muslem penjaga rumah Aceh itu, karena Muslem yang ikut pergi mencari daun rumbiya itu bersama Pak Khalil," katanya.
Amatan Lintasatjeh.com di lokasi, terdapat ratusan atap rumbiya yang sudah dibeli bertumpukan di halaman rumah situs bersejarah itu. [la/01/03]