Laporan Jamaluddin Idris / Samsul Arifin - Lhokseumawe
Lintas ATJEH - Kedisiplinan seorang perwira polisi patut diapresiasi memang. Hidup yang seharusnya mendapat kisah-kisah manis dalam profesi tersebut, namun yang dirasakan malah sebaliknya. Ia adalah pensiunan polisi bernama lengkap Mardan P, berpangka AKP, sebagai Kapolsek di Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara telah berakhir pada 31 Juli 2014.
Menjadi seorang polisi kebanyakan dari cita-cita para remaja yang masih mengecap bangku SMA, tentunya menjadi polisi itu merupakan sosok yang gagah dan gentlemen. Mengenakan seragam, berikut uniform, di persenjatai oleh Negara dan hidup penuh aturan dan pastinya disiplin.
Iptu Mardan P, menjadi seorang Polisi berawal dari keluarganya yang berstatus kemiliteran. Ia telah menjalani tugasnya beberapa tahun lalu di sejumlah Mapolsek. Ia menjabat sebagai Kepala Markas Kepolisian Sektor. Mulai dari Mapolsek Takengon, Gayo Lues, Regit Gaib, hingga pada tahun 2011 ia dipindah tugaskan ke Mapolsek Pantonlabu. Setahun bertugas di Mapolsek Pantonlabu, Kabupaten Aceh Utara lalu ia dipindah ke Mapolsek Seunuddon.
Banyak hal yang bisa dikupas mengenai tatanan hidup anggota polisi selaku aparatur Negara. Perlindungan hukum hingga kekeluargaan polisi itu sendiri sangat disiplin.
Mardan P, menurutny, kepanjangan dari kata P itu adalah Parijan. Pria asal Kuta Cane ini memiliki jumlah keluarga sebanyak 8 orang. Ia sendiri anak yang ke 6. "Yang paling tua, jadi tentara," kata Mardan. Sementara dirinya nekat menjadi seorang polisi atas dasar kemauannya.
"Dulu tidak banyak orang yang suka menjadi polisi. Saya sendiri sempat dicegat oleh keluarga karena abang saya seorang tentara," ungkapnya. Namun pada tahun 1976, singkat cerita, ia sudah menjadi seorang polisi. Saat itu, kata dia, kondisi di Aceh masih tragis. Sehingga ia tiga bulan tidak keluar. Ia hanya bertugas ditempat, di Takengon.
Beliau bisa dikatakan sosok yang berbeda dengan kebanyak aparat hukum lainnya, abdi sangat terasa diantara kedekatan dan keramah tamahannya dengan masyarakat. tidak ada manusia yang sempurna, tapi pelayanan sangat pantas mendapatkan apresiasi publik.
Tidak ada kisah manis dalam hidupnya. Ia malah keseringan mendapat pengalaman pahit sejak menjadi seorang aparat. Pada tahun 1979, ia kembali mengalami duka. Istri tercintanya meninggal dunia. Tak lama setelah istrinya tiada, Mardan memindahtugaskan ke Tiro, Kabupaten Pidie.
Kehidupan Mardan semakin tak menyenangkan saat itu. Demi anak-anaknya, ia kembali menikahi seorang perempuan bernama Zakiah, asal Blang Jruen, Kecamatan Tanah Luas. Tidak diketahui dari istri pertama dan istri yang baru, namun ia dikaruniai 8 orang anak, yang saat ini lima diantaranya sudah sukses dikarir masing-masing, namun 3 lainnya masih menduduki bangku sekolah.
Kegigihan, kesetiaan dan kejujuran merupakan modal dasar mencapai sosialitas yang nyaris sempurna. Karena hal tersebutlah ia mengundang simpatik atasannya sendiri. Kebencian, cemburu social dan sebagainya memang tak pernah mengenal tempat juga siapa dia, wabah penyakit hati tak pernah lekang dari keperibadian siapapun.
Atas keyakinan dan kedisiplinan dalam bekerja, ia dipercayai betul oleh atasannya sehingga dapat bertugas dengan baju seragam polisi selama 38 tahun, empat bulan. Selama ia menjalani tugasnya, tak pernah ada kisah-kisah manis melainkan banyak kesan dan pesan yang miris.
Kini, Polisi berpangkat Iptu ini telah menjadi pensiunan pada 31 Juli 2014. Jabatannya langsung diserahterimakan oleh Kapolres Aceh Utara AKBP Gatot Sujono, SIK kepada AKP Lakhar Ridwan.
Setelah menjalani masa pensiunan, ia mulai meragukan terhadap pendapatan hari-hari. Ia mengira pendapatan masa pensiunan jauh lebih beda dibanding dengan gaji murni selama meniti karir polisi. "Gaji pensiun sekitar 3 jutaan/ bulan. Saya masih pikr-pikir, rencana mau tarik semua gaji 300 juta atau ambil tiap bulan aja," imbuhnya.
Mengingat menimbang, banyak hal yang ingin ia kembangkan lewat bisnis-bisnis agar setidaknya uang pensiunan tersebut bisa menjadi modal berputar. "Saya sempat berencana membeli truk, tapi anak-anak saya melarang, karena saya sudah tua dan bisa duduk saja. Selain itu saya juga berniat berbisnis sapi peliharaan, itupun masih meragukan," ungkapnya lagi.
Profesi polisi itu bukan sekedar batu loncatan, namun mengenakan seragam coklat abu-abu ini juta pemantaan taraf hidup kendatipun terbatas usia. Demikian riwayat hidup salah seorang polisi terbaik yang pernah dikenali publik. Dalam hal ini, ia berpesan kepada polisi-polisi muda yang saat ini untuk berbuat baik dan setia berbakti kepada tahta kepolisian demi kepentingan Negara. []